Minggu, 17 April 2011

PROSES ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS DALAM KEHAMILAN

A. ANATOMI FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA

image Organ reproduksi wanita Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran. Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis-adrenal-ovarium.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

Selain itu terdapat organ/system ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.

1. Genitalia Eksterna

Genetalia eksterna dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat dari luar bila wanita dalam posisi litotomi. Fungsi genetalia eksterna ini dikhususkan untuk kopulasi (koitus).

a) Mons veneris

Daerah yang menggunung di atas simphisis, yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes) apabila wanita berangkat dewasa. Pada wanita, rambut ini tumbuh membentuk sudut melengkung sedangkan pada pria membentuk sudut runcing ke atas.

b) Bibir besar kemaluan (labia majora)

Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.

c) Bibir kecil kemaluan (labia minor)

Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Di sini dijumpai frenulum klitoris, preputium, dan frenulum pudenti.

d) Klentit (klitoris)

Berada di ujung anterior labia minor. Terdiri dari 2 buah corpus cavernosum yang merupakan jaringan erektil di dalam selaput tipis jaringan ikat dan sebagian diantaranya menyatu sepanjang tepi medial untuk membentuk korpus klitoris.Glans klitoris ini mudah berereksi, sifatnya amat sensitif karena banyak memiliki serabut saraf.

e) Vulva

Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perinium.

f) Vestibulum

Terletak dibawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan dan kiri. Di sini dijumpai kelenjar vestibuli major (kelenjar bartholini) dan kelenjar vestibulum minor.

g) Introitus Vagina

Pintu masuk ke vagina

h) Selaput dara (hymen)

Selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang membentuk semiunaris, anularis, lapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia himenalis atau himen imperforata. Himen akan robek pada koitus apalagi setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula himen atau sisa himen.

i) Lubang kemih (orifisium uretra eksterna).

Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibawah klitoris. Di sekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati kelenjar skene.

j) Perinium

Terletak diantara vulva dan anus

 

2. Genetalia Interna

a) Vagina

Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.

b) Rahim (uterus)

Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.

Vaskularisasi Uterus

Pasokan darah uterus terutama berasal dari arteri uterina dan arteri ovarica.

1) Arteria Uterina

Adalah cabang utama arteria Iliaca Interna (arteria Hypogastrica) yang masuk uterus melalui ligamentum latum. Pada tempat setinggi servik pars supravaginalis, arteria Uterina terbagi menjadi dua, sebagian kecil menjadi arteria servicovaginalis kearah bawah, dan sebagian besar berjalan kearah atas melalui dinding lateral uterus.

Kira-kira 2 cm lateral servik, arteria uterina menyilang ureter dan hal ini perlu memperoleh perhatian saat melakukan histerektomi atau ligasi arteri uterina.

2) Arteria Ovarica

Cabang langsung dari Aorta yang memasuki ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvicum. Didaerah hillus ovarii, arteria ovarica terbagi menjadi sejumlah cabang kecil yang masuk ovarium. Cabang utama arteria ovarica selanjutnya berjalan sepanjang mesosalphynx.

c) Saluran Tuba(tuba faloopi)

1) Ligamentum Sacrouterina

Sepasang ligamentum yang melengkung terbentang dari permukaan postero-lateral servik menuju permukaan anterior sacrum dan membentuk “short hammock”

Aspectus posterior uterus dan adneksa. Terlihat ligamentum sacro uterina dan Ligamentum infundibulo pelvicum

2) Ligamentum Latum

Sepasang ligamen berjalan dari sisi lateral uterus menuju dinding lateral panggul yang menyerupai sayap. 2/3 medial tepi atas ligamentum latum membentuk meso salphynx ; 1/3 lateral tepi atas ligamentum latum yang berasal dari ujung fimbriae tuba falopii berjalan kearah dinding pelvic membentuk ligamentum infundibulo-pelvicum.

Dasar ligamentum latum berupa jaringan ikat keras dan menyatu dengan dasar panggul disebut sebagai ligamentum Cardinale (Mackenrodt ).

Aspectus posterior dari struktur penyangga uterus dan adneksa

d) Ovarium.

Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond yang berada disamping uterus didekat dinding lateral pelvis dan berada pada lapisan posterior ligamentum latum, postero-caudal tuba falopii.

Panjang kira-kira 2.5 – 5.0 cm dengan lebar kira-kira 1.5 – 3.0 cm.

Masing-masing memiliki permukaan medial dan lateral

Masing-masing ovarium memiliki tepi anterior (mesovarium) dan tepi posterior yang bebas.

Ligamentum penyangga ovarium adalah :

1) ligamentum suspensorium ovarii ( ligamentum infundibulo-pelvicum ) dan

2) ligamentum Ovarii Proprium.

Pembuluh darah ovarium terutama berasal dari arteri ovarica yang merupakan cabang aorta abdominalis dan selanjutnya dialirkan keluar ovarium melalui vena ovarica. Ovarium terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip dengan yang dijumpai pada testis.

Bagian luar ovarium disebut cortex yang memiliki gameet dan dibagian dalam disebut medula yang mengandung banyak pembuluh darah besar serta syaraf.

Cortex ovarium relatif avaskular dan dijumpai sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-masing folikel mengandung ovum immature (oosit) yang terbungkus dengan satu atau beberapa lapisan sel.

Bila oosit hanya dilapisi oleh satu lapisan sel, sel tersebut dinamakan sel folikel, bila dilapisi oleh beberapa lapisan sel-sel tersebut dinamakan sel granulosa.

Dibagian cortex terdapat sejumlah folikel dengan berbagai derajat maturasi.

Pada folikel primordial, oosit dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues epithelium).

Folikel primer memiliki dua atau lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari oosit.

Folikel sekunder mengandung ruang-ruang berisi cairan diantara sel granulosa.

Ruangan tersebut sering mengalami penyatuan (coalesence) membuat cavum sentral yang disebut sebagai antrum.

Folikel d’graf atau folilkel vesikuler yang matur memiliki antrum yang sangat dominan dan folikel biasanya menonjol keluar permukaan ovarium.

Setiap bulan, pada wanita dewasa, satu dari folikel yang masak mengeluarkan oosit dari ovarium, peristiwa ini disebut ovulasi.

3. Panggul

Bila hasil pengukuran ukuran panggul didapatkan nilai kurang dari rata rata maka dikatakan terdapat kontraksi panggul dan dapat terjadi kemungkinan hambatan berlangsungnya proses persalinan pervaginam.

 

Batas – batas Pintu Atas Panggul :

Di bagian anterior : os Pubis

Dibagian Lateral : liea ileo pectinalis atau linea terminalis

Dibagian posterior : allae dan promontorium os Sacrum

 

4. Hormonal

Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan endometrium pada uterus akan luruh keluar tubuh, sedangkan pada siklus estrus, jika tidak terjadi pembuahan, endomentrium akan direabsorbsi oleh tubuh.

Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut :

Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada seat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.

Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.

a) Konsepsi

Konsepsi terjadi di tuba falopii terutama pada daerah pars ampularis. Zygote membelah diri dengan cepat dan membentuk bola padat yang terdiri dari beberapa sel kemudian berjalan melalui tuba falopii menuju cavum uteri. Embrio yang sedang berkembang mulai mengadakan diferensiasi untuk membentuk menjadi janin – plasenta dan selaput ketuban. Prekursor pembentuk membran korionik primitif menghasilkan hCG – human chorionic gonadotropin. hCG memiliki aktivitas biologik yang menyerupai LH dan mengambil alih fungsi luteinisasi.

Pada hari ke 14 pasca konsepsi pertumbuhan uterus dan perkembangan desidua ( endometrium pada masa kehamilan ) ditentukan oleh corpus luteum dibawah pengaruh hormon hipofisis . Setelah itu, kadar LH akan menurun sebagai respon dari meningkatnya hCG.

Dibawah pengaruh hCG, corpus luteum terus tumbuh dan berkembang serta mengeluarkan steroid ovarium untuk mempertahankan pertumbuhan uterus. Kadar hCG mencapai puncaknya pada kehamilan sekitar 10 – 12 minggu ( 90 hari ) dan setelah itu secara konstan menurun. Penurunan kadar hCG ini akan menyebab kan menurunnya kadar estrogen dan progesteron ovarium. Dengan menurunnya peranan ovarium dalam mempertahankan kehamilan, plasenta mengambil alih funsgi tersebut. Produksi steroid plasenta berlimpah dan analog dengan hormon hipotalamus dan hipofisis. Kapasitas produksi hormon terus meningkat dengan semakin bertambahnya usia kehamilan.

b) Perkembangan Embrio

Diferensiasi embrio menjadi jaringan yang akan menjadi janin dan plasenta terjadi sesaat setelah konsepsi ; ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama perjalannya dalam tuba falopii.

Bila kelompok sel yang dsebut sebagai morula mencapai cavum uteri maka terbentuklah ” inner cell mass”.

Pada stadium Blastosis , mass tersebut di bungkus dengan sel trofoblas primitif. Didalam sel tersebut terjadi produksi hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan juga membentuk EPF ( early pregnancy factor ) yang mencegah rejeksi hasil konsepsi .

Pada stadium ini, zygote harus mengadakan implantasi untuk memperoleh nutrisi dan oksigen yang memadai. Terjadi perkembangan “inner cell mass” kedalam lapisan ektodermal dan endodermal. Diantara kedua lapisan tersebut terbentuk lapisan mesodermal yang akan tumbuh keluar untuk membentuk mesoderm ekstra embrionik.

Pada stadium ini terbentuk 2 rongga yaitu “yolc sac” dan cavum amnion. Kantung amnion berasal dari ektoderm dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini, cavum amnion masih amat kecil.

2 rongga yang terbungkus oleh mesoderm bergerak kearah blastosis

Batang mesodermal akan membentuk talipusat. Area embrionik yang terdiri dari ektoderm – endoderm dan mesoderm akan membentuk janin. Cavum anion semakin berkembang sehingga mencapai sampai mencapai dinding blastosis. Bagian dari Yolc sac tertutup dalam embrio dan sisanya membentuk tabung yang akan menyatu dengan tangkai mesodermal.

Pembuluh darah terbentuk dalam mesoderm embrionik dan mesoderm trofoblas . Ekstensi pembuluh darah didalam tangkai penghubung akan membentuk 2 arteri dan 1 vena dalam talipusat.

Dalam embrio, pembuluh darah pada ujung sepalik akan mengalami diferensiasi membentuk jantung. Pembentuk darah janin terjadi dalam pembuluh darah primitif trofoblas dan janin yang sedang tumbuh.

Pertukaran nutrien dan gas respirasi difasilitasi oleh sirkulasi fetotrofoblas. Formasi dan diferensiasi sistem hematopoetik vaskular terjadi pada kehamilan minggu ke III dan IV.

Struktur yang berasal dari lapisan primer

Ektoderm :

Kulit dan struktur pendukungnya

Sistem syaraf

Struktur kelenjar

 

Mesoderm :

Traktus gastrointestinal

Hepar dan sistem biliar

Pankreas

Traktus Respiratorius

Sel gonad

 

Endoderm :

Tulang dan tulang rawan

Otot

Jaringan ikat

Lapisan serosa

Sistem kardiovaskular

Ginjal dan sebagian besar traktus genitalia non-gonad

 

c) Pembentukan Dan Fisiologi Plasenta

Villi terdapat diseluruh permukaan blastosis. Dengan semakin membesarnya blastosis, desidua superfisial (desidua kapsularis ) akan tertekan dan kehamilan semakin mengembang kearah dalam cavum uteri.

Perkembangan desidua kapsularis secara bertahap memangkas sirkulasi yang melaluinya. Hal ini akan menyebabkan atrofi dan hilangnya viili yang bersangkutan. Permukaan blastosis menjadi halus dan bagian korion ini disebut Chorion Laeve. Pada sisi yang berlawanan, villi mengalami pertumbuhan dan pembesaran dan disebut sebagai Chorion Frondusum. Dengan semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua kapsularis menempel dengan desidua vera dan cavum uteri menjadi obliterasi

Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi desidua. Pada proses ini, kelenjar dan stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal yang kecil akan mengalami dilatasi membentuk sinusoid.

Trofoblas mengembangkan lapisan seluler yang disebut sitotrofoblas dan lapisan sinsitium yang disebut sinsitiotrofoblas. Struktur yang disebut villi chorialis ini terendam dalam darah ibu. Dengan kehamilan yang semakin lanjut, struktur viili chorialis menjadi semakin komplek dan viili membelah dengan cepat untuk membentuk percabangan-percabangan dimana cabang vasa umbilkalis membentuk percabangan yang berhubungan erat dengan permukaan epitel trofoblas. Sebagian besar cabang villi chorialis yang disebut sebagai villi terminalis mengapung dengan bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya tarnsfer nutrien dan produk sisa metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan maternal dan disebut sebagai “anchoring villi”.

Struktur dan hubungan villi terminalis dapat dipelajari dengan melihat gambar penampangnya. Dengan semakin lanjutnya kehamilan, hubungan antara vaskularisasi trofoblas dan maternal menjadi semakin erat. Trofoblas mengalami migrasi kedalam arteri spiralis maternal yang berasal dari ruang intervillous

Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arteri maternal 1/3 bagian dalam miometrium. Perubahan ini berakibat konversi pasokan darah uteroplasenta kedalam vaskularisasi yang bersifat “low resistance – high flow vascular bed” yang diperlukan untuk tumbuh kembang janin intra uterin.

Kegagalan invasi trofoblas akan menyebabkan penyakit hipertensi dalam kehamilan – HDK atau pertumbuhan janin terhambat – PJT.

Dengan semakin lanjutnya kehamilan maka transfer nutrien – sisa metabolisme – hormon dan CO serta O2 plasenta akan semakin meningkat dimana struktur pemisah antara sirkulasi ibu dan anak menjadi semakin tipis.

Tidak ada hubungan langsung antara kedua jenis sirkulasi dan “placental barrier” pada akhir kehamilan terletak di microvilli sinsitiotrofoblas yang memperluas permukaan transfer nutrien dan lain lain. Selanjutnya, sinsitiotrofoblas dan mesoderm janin akan semakin tipis dan vas dalam villus mengalami dilatasi.

Plasenta yang sudah terbentuk sempurna berbentuk cakram yang berwarna merah dengan tebal 2 -3 cm pada daerah insersi talipusat. Berat saat aterm ± 500 gram

Talipusat berisi dua arteri dan satu vena dan diantaranya terdapat ‘Wharton Jelly’ yang bertindak sebagai pelindung arteri dan vena sehingga talipusat tidak mudah tertekan atau terlipat, umumnya berinsersi di bagian parasentral plasenta.

Fungsi Plasenta

Fungsi plasenta bagi janin

1) Organ respirasi

2) Organ transfer nutrisi dan ekskresi

3) Organ untuk sintesa hormone

Diperkirakan pula memiliki peranan sebagai barier imunologis yang melindungi janin dari reaksi penolakan oleh sistem imunologi maternal.

Transportasi bahan melalui plasenta berlangsung melalui

1) Transportasi pasif :

Difusi sederhana [simple diffusion]

Difusi dengan fasilitas [facilitated diffusion]

2) Transportasi aktif:

Reaksi enzymatic

Pinocytosis

Mekanisme diatas memerlukan energi dan kecepatan metabolisme plasenta sebanding dengan yang terjadi pada hepar atau ginjal.

fungsi respirasi

Vaskularisasi yang luas didalam villi dan perjalanan darah ibu dalam ruang intervilus yang relatif pelan memungkinkan pertukaran oksigen dan CO2 antara darah ibu dan janin melalui difusi pasif.

Pertukaran diperkuat dengan saturasi dalam ruang intervilus sebesar 90 – 100% dan PO2 sebesar 90 – 100 mmHg.

Setelah kebutuhan plasenta terpenuhi, eritrosit janin mengambil oksigen dengan saturasi 70% dan PO2 30 – 40 mmHg, sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan janin. CO2 melewati plasenta dengan difusi pasif.

Ion Hidrogen, bicarbonate dan asam laktat dapat menembus plasenta melalui difusi sederhana sehingga status keseimbangan asam-basa antara ibu dan anak sangat berkaitan erat.

Oleh karena transfer berlangsung perlahan, janin dapat melakukan “buffer” pada kejadian penurunan pH, kecuali bila asidosis maternal diperberat dengan dehidrasi atau ketoasidosis sebagaimana yang terjadi pada partus lanjut dimana janin dapat mengalami asidosis.

Efisiensi pertukaran ini tergantung pada pasokan darah ibu melalui arteri spiralis dan fungsi plasenta.

Bila pasokan darah ibu terbatas seperti yang terjadi pada penyakit hipertensi dalam kehamilan, penuaan plasenta sebelum saatnya , kehamilan postmatur, hiperaktivitas uterus atau tekanan talipusat, maka ketoasidosis pada janin dapat terjadi secara terpisah dari asidosis maternal

transfer nutrient

Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui metode transfer aktif yang melibatkan proses enzymatik.

Nutrien yang komplek akan dipecah menjadi komponen sederhana sebelum di transfer dan mengalami rekonstruksi ulang pada villi chorialis janin.

Glukosa sebagai sumber energi utama bagi pertumbuhan janin (90%), 10% sisanya diperoleh dari asam amino.

Jumlah glukosa yang mengalami transfer meningkat setelah minggu ke 30. Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram per kilogram berat janin, kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen dan lemak.

Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar jantung, belakang skapula. Pada trimester akhir, terjadi sintesa lemak 2 gram perhari sehingga pada kehamilan 40 minggu 15% dari berat janin berupa lemak. Hal ini menyebabkan adanya cadangan energi sebesar 21.000 KJ dan diperlukan untuk fungsi metabolisme dalam regulasi suhu tubuh janin pada hari-hari pertama setelah lahir.

Pada bayi preterm atau dismatur, cadangan energi lebih rendah sehingga akan menimbulkan permasalahan.

Lemak dalam bentuk asam lemak bebas sulit untuk di transfer. Lemak yang mengalami proses transfer di resintesa kedalam bentuk fosfat dan lemak lain dan disimpan dalam jaringan lemak sampai minggu ke 30. Setelah itu, hepar janin memiliki kemampuan untuk sintesa lemak dan mengambil alih fungsi metabolisme.

transfer obat

Transfer obat melalui plasenta tidak berbeda dengan nutrien lain pada umumnya.

Kecepatan transfer dipengaruhi oleh kelarutan dari molekul ion didalam lemak dan ketebalan trofoblas. Pada paruh kedua kehamilan, trofoblas menjadi tipis dan area plasenta bertambah luas sehingga transfer obat dapat berlangsung lebih mudah.

Obat ilegal (narkotika, cocain dan marihuana) yang dikonsumsi oleh ibu hamil dapat melewati plasenta dan dapat mengganggu perkembangan janin.

Dampak dari hal ini sulit ditentukan oleh karena selain obat ilegal, pasien biasanya juga adalah perokok atau peminum alkohol.

Pertumbuhan janin cenderung terhambat dan mengalami kelainan kongenital tertentu, Seringkali mengakibatkan terjadinya persalinan preterm dan anak yang dilahirkan dapat menunjukkan sindroma withdrawal.

fungsi endokrin plasenta

Sejumlah besar hormon dihasilkan oleh plasenta. Termasuk diantaranya hormon yang analog dengan hormon hipotalamus dan hipofisis serta hormon steroid.

Sejumlah produk juga dihasilkan oleh plasenta. Beberapa diantaranya adalah glikoprotein seperti misalnya Pregnancy Associated Protein A B C dan D, Pregnancy Specific Glycoprotein (SP1) dan Placental Protein 5 (PP5) . Peran dari bahan ini dalam kehamilan masih belum jelas.

Sejumlah produk plasenta dan metabolisme janin dapat digunakan untuk skrining penyakit janin. Pengukuran alfafetoprotein yang dihasilkan oleh hepar,usus dan yolc sac janin dapat digunakan untuk deteksi sejumlah kelainan anatomi . Bersama dengan penentuan serum hCG maternal, dapat diperhitungkan terjadinya trisomi.

 

B. PERUBAHAN FISIOLOGIK WANITA HAMIL

Hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan, terutama pada alat kandungan, dan juga organ lainnya.

1. Perubahan Pada Sistem Reproduksi (Pembesaran Uterus)

Estrogen dan progesterone diduga utama dalam pertumbuhan uterus akibat hyperplasia (peningkatan jumlah sel ), Selama berbulan-bulan awal kehamilan. Pertumbuhan ini tidak dipengaruhi oleh efek mekanis embrio yang berkembang. Pertumbuhan ini membuat dinding uterus semakin kuat, bukan melemah. Karena jumlah sel otot semakin meningkat disertai peningkayan jumlah jaringan elastic dan jaringn fibrosa. Oleh karena itu pembesaran uterus terjadi karena ada kombinasi antara hipertrofi (peningkatan ukuran sel ) dan pengruh mekanis tekanan interior terhadap dinding uterus seiring perkembangan janin didalam kandungan. Selam bulan bulan pertama kehamilan, terjadi peningkatan pembuluh darah dan pembuluh limfe uterus. Akibatnya terjadi vaskularisasai,kongesti dan edema. Ketiga hal ini kemungkinan besar menyebabkan kelunakan uterus secara keseluruhan, dan bila dikombinasi dengan hipertrofi kelenjar serviks, menyebabkan munculnya tanda Chadwick, goodell, dan hegar. Tanda Chadwick merupakan warna kebiruan atau keunguan pada vulva dan mukosa vagina, termasuk lubang vagina pada serviks. Tanda goodell merupakan pelunakan serviks yang tadinya sekeras ujung hidung pada kondisi tidak hamil melunak menjadi seperti bibir pada kondisi hamil. Tanda hegar merupakan kondisi ismus menjadi lunak dan mudah tertekan. Ketiga tanda itu merupakan bukti yang terdapat pada usia kehamilan sekitar enam minggu.

Tanda lain kehamilan yang diakibatkan oleh pembesaran uterus adalah pembesaran abdomen. Pembesaran ini adalah dimulai dari bulan keempat kehamilan, yakni saat uterus semakin besar dan menjadi salah satu organ abdomen. Abdomen menjadi lebih menonjol saat wanita hamil tersebut berdiri disbanding ketika ia berbaring.

Pembesaran uterus yang disertai penipisan progresif dinding uterus membuat janin lebih trliahat dalam diagnosis kehamilan. Uterus berubah dari organ yang hamper solid pada keadaan sebelum hamil. Ketebalan didding uterus yang awalnya hanya 5 mm dan beratnya kurang lebih 2 ons menjadi lebih dari 2 pon pada usia kehamilan cukup bulan. Dan kapasitas awal kurang dari 10 ml meningkat 500 hingga seribu kali lebih besar hingga mencapai 5000 ml atau lebih.

2. Perubahan kardiovaskuler atau hemodinamik

Perubahan hemodinamik memudahkan system kardiovaskuler pada ibu memenuhi kebutuhan janin sambil mempertahankan status kardiovaskulernya sendiri. Perubahan – perubahan ini disebabkan oleh peningktan kadar estrogen, progesterone dan prostaglandin dan perubahan ini akan kembali noramal setelah kehamilan berakhir.

Volume darah total ibu meingkat sekitar 30- 50% pada kehamilan tunggal dan 50% pada kehamilan kembar. Volume darah total merupakan kombinasi volume plasma yang meningkat 75% dan volume sel darah merah yang meningkat 33%. Dari nilai sebelum hamil. Semua ini menyebabkan hemodilusi,yang terlihat pada kadar hematrokit rendah, yang dikenal denga anemia fisiologis pada kehamilan yang terjadi pada usia kehamilan 24-32 minggu. Peningkatan volume darah total dimulai pada awal trimester yang prtama, yang kemudian meningkat pesat pada pertengahan kehamilan dan kemudian melambat hingga umur kehamilan 32 minggu. Setelah itu volume darah menjadi relative stabil.

Pada akhir kehamilan memposisikanwanita pada posisi tlaentang dapat menyebabkan uterus yang sekarang berat dan berat dengan cepat menekan aliran balik vena sampai membuat pengisian jantung menurun. Pada 10% wanita hal ini dpat menyebabkan hipotensi arterial dan wanita dapat menjadi pingsan atau kehilngan kesadaran. Hal ini dapat diatasi dengan wanit tersebut berbaring miring atau duduk.

Curah jantung tyang merupakan hail dari frekuensi denyut jantung dan volume sekucup meningkat bermakna pada awal kehamilan. Dan tetap meningkat epanjang masa hamil.

3. Perubahan Pada Ginjal

Ada perubahan signifikan pada sisitem ginjal selama kehamilan. Yang memampukan organ wanita bukan hanya mengella zat sisa dan kelebihan yang dihasilkan akibat eningkatan volume darah dan curah jantung juga system metabolosme, tetapi juga menjadi organ utama yang mengekskresi produk sisa dari janin. Selai itu ginjal juga sngat penting sebagai media yag meretensi natrium dan mempertahankan keseimbanga selama kehamilan srta mempertahankan tekanan darah arteri melalaui system rennin-angiostensi. Semua komponen dalam sisitem tersebut yang dihasilkan baik dari ibu maupun dari janin mengalami peningkatan pada kehamilan normal.vhal ini sebagian disebabkan oleh tingginya kadar estrogen.

Pada normal berkemih wanita yang tidak hamil pada siang hari berkebalikan dengan pla wanita yang hamil. Wanita yang hamil mengumpulkan cairan (air dan natrium) selama siang hari dalam bentuk edema dependen akibat tekanan uterus pada pembuluh darah panggul dan vena kava inferior dan kemudian mengekskresi cairan tersebut pada malam hari(nokturia) melalaui kedua ginjal ketika wanita berbarinhg, terutama pada posisi lateral kiri.

Akibat yang ditimbulkan antara lain adalah peningkatan resiko infeksi saluran kemih pada saat hamil dan pasca partum, frekuensi berkemih bertambah, cenderung terjadi glikoseria, proteinuria.

4. Perubahan pada paru

System respirasi ibu mengangkut oksigen ked an membuang kabondioksida dari janin, serta menyediakan energy untuk sel-sel ibu itu sendiri janin dan plasenta.faktor faktor yang mempengaruhi perubahan pulmonal meliputi pengaruh hormonal dan perubahan mekanis.

Perubahan mekanis meliputi elevasi posisi istirahat diafragma kurang lebih 4 cm, peningkatan 2 cm tranversal saat sudut subkostal dan iga bawah melebar, serta lingkar toraks melingkar kurang lebih 6 cm. semua perubahan ini disebabkan olh pembesaran uterus akibat tekanan keatas. Pengaruh hormonal estrogen terhadp enggogerment kapiler melalui saluran pernafasan dan efek progesterone terhdap relaksasi otot polos bonkiol dan relak sasi otot serta kartilago pada region toraks

5. Perubahan system pencernaan

Perubahan pada saluran cerna memungkinkan pengangkutan nutrian untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin dan perubahan ini dibawah pengaruh hormone dan mekanis.hal ini yang perlu diingat oleh bidan adalah bahwa banyak diantara perubahan ini tanggung jawab terhadap sejumlah rasa ketidaknyamanan yag dialami selama kehamilan.

Estrogen menyebabkan aliran darah kemulut sehngga gusi menjadi rapuh, dan dapat menimbulkan gingivitis. Hal ini juga dapat mendorong ibu memperhatikan perawatan gigi dan mulut. Tetapi buka karena ia akan kehilangan kalsium. Saliva menjadi lebih asam tetapi jumlahnya tidak menigkat.

Tinus pada sfingter osefagus bagian bawah melemah dibawah pengaruh progesterone yangmenyebabkan relaksasi otot polos. Pergeseran diafragma dan penekanan akibat pembesaran uterus yang dipeburuk oleh hlangnya tonus sfingter menyebabakan reflex dan nyeri ulu hati. Kerja progesterone pada otot otot polos mentebabakan lambung hipotonusdisertai penurunan motilitas dan waktu pengosongan yang memanjang. Semua perubahan ini dialami seluruh saluran usus halus. Efek progesteronmenjadi lebih jelas seirirng kemajuan kehamilan dan peningkatan jadar progesterone. Yang berefek memperpanjang lama absorbs nutrient, mineral dan obat-obatan.

Perubahan pada traktus gastro intestinal terutama disebabkan oleh relaksasi otot polos. Keadaan ini dipicu oleh tingginya kadar Progesteron selama kehamilan

Relaksasi sfingter oesophageus menyebabkan regurgitasi asam lambung sehingga menyebabkan keluhan panas didada ( heartburn )

Sekresi dan motilitas lambung menurun sehingga pengosongan lambung terhambar, keadaan ini menyebabkan pencernaan semakin efisien namun menyebabkan rasa mual

Motilitas usus halus menurun sehingga absorbsi akan berlangsung lebih lama

Motilitas usus besar menurun sehingga absorbsi lebih lama namun menyebabkan obstipasi

Pertumbuhan janin dan uterus meningkatkan ras haus dan selera makan

 

C. PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS DALAM MASA KEHAMILAN

1. Trimester I

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan tehadap kenyataan ini dan arti bagi semua ini bagi dirinyamerupakan tugas psikologis yang paling penting bagi dirinya. Salam trimester ini wanita menjadi ambivalen. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. Akan tetapi bagi wanita terutama mereka yang telah merencanakan kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil, merasa suka cita sekaligus tidak tidak percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya.

Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita satu dengan wanita yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual akan tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunana libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangannya masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih saying yang besar dan cinta kasih tanpa seks.

2. Trimester II

Trimester kedua sering di kenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala rasa ketidaknyamanan yang normal yang dialami oleh ibu hamil. Trimester kedua dibagi menjadi dua fase yakni fase pra-queckning dan pasca quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah , yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester ini yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya.

Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua,kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibandingkan dengan trimester I dan sebelum hamil. Trimester kedua hamper terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina menjadi semakin banyak pada masa ini, kekemasan, kekhawatiran dan masalah – masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi seorang pencari kasih sayang dari pasangannya, dan semua factor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.

3. Trimester III

Trimester ketiga ini sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Ia mulai menyadari kehadiran bayi sebagi makhluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menantikan kelahiran sang bayi. Dan dalam trimester ini merupakan waktu persiapan yang aktif menantikan kelahiran bayinya. Hal ini membuat ia berjaga-jaga dann menunggu tanda dan gejala persalinan.

Sejumlah ketakutan muncul dalam trimester ini yaitu merasa cemas dengan kehidupan bayinya dan dirinya sendiri, seperti : apakah bayinya nanti akan lahir abnormal, terkait dengan persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali dan hal –hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi.

Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatiuan dan hakisstimewa khusus lain selama ia hamil, pepisahan antara ia dan bayinya tidk dapat dihindari, dan perasaan kehilangana karena uterusnya yang penuh tiba – tiba akan mengempis dan kosong.

Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek,berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Hasrat untuk melakukan hubungan seksual akan menghilang seiring dengan membesarnya abdomen yang menjadi penghalang. Alternative possisi dalam berhubungan seksual dan metode alternative untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara- cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasngan dan konsultasi mereka dengan tenaga kesehatan khususnya bidan menjadi sangat penting.

D. PERUBAHAN PERILAKU PADA IBU HAMIL

Setiap ibu yang mengalami kehamilan pasti ada perubahan perilaku pada si ibu ini semua di perngaruhi oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan istri harus benar-benar siap dengan segala perubahan yang akan terjadi nanti pada si ibu baik perubahan fisik dan perilaku, agar suami maupun istri siap menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat pasangan jadi tidak harmonis.

1. CENDERUNG MALAS

Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bukan timbul begitu saja, melainkan pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya. “Jadi tidak ada salahnya bila suami menggantikan peran istri untuk beberapa waktu. Misalnya dengan menggantikannya membereskan tempat tidur, membuat kopi sendiri.

2. LEBIH SENSITIF.

Biasanya, wanita yang hamil juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit-sedikit tersinggung lalu marah. apa pun perilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangngkan, hadapi saja dengan santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya bakal hilang. Bukan apa-apa, bila suami membalas kembali dengan kemarahan, bisa-bisa istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi pertumbuhan janinnya.

3. MINTA PERHATIAN LEBIH

Perilaku lain yang kerap “mengganggu” adalah istri tiba-tiba lebih manja dan selalu ingin diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih, usahakan untuk menanyakan keadaannya saat itu. Perhatian yang diberikan suami, walau sedikit, bisa memicu tumbuhnya rasa aman yang baik untuk pertumbuhan janin. Demikian pula ketika istri merasakan pegal-pegal dan linu pada tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan sambil memberikan perhatian dengan mengatakan bahwa hal ini memang sering dialami wanita yang sedang hamil dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.

4. GAMPANG CEMBURU Tak jarang, sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang telat sedikit saja, istri akan menanyakan hal macam-macam. Mungkin, selain perubahan hormonal, istri pun mulai tidak percaya diri dengan penampilan fisiknya. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk menenangkannya, suami perlu menjelaskan dengan bijaksana bahwa keterlambatannya dikarenakan hal-hal yang memang sangat penting dan bukan karena perselingkuhan. Bila perlu, ceritakan dengan terperinci aktivitas.

Akibat Hormon Progesteron

Perubahan perilaku pada ibu hamil merupakan hal wajar karena produksi hormon progesteronnya sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan hormon pada wanita yang sedang mengalami siklus haid, perubahan hormon yang terjadi tidak selamanya akan mempengaruhi psikis ibu hamil. Ada juga yang perilakunya tidak berubah. Hal ini, disebabkan kerentanan psikis setiap orang yang berbeda-beda. Nah, daya tahan psikis dipengaruhi oleh kepribadian, pola asuh sewaktu kecil, atau kemauan ibu untuk belajar menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Biasanya ibu yang menerima atau bahkan sangat mengharapkan kehamilan akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan. Secara fisik dan psikis, mereka lebih siap. Berbeda dari ibu yang tidak siap, umpamanya karena kehamilannya tidak diinginkan, umumnya merasakan hal-hal yang lebih berat. Begitu pula dengan ibu yang sangat memperhatikan estetika tubuh. Dia akan merasa terganggu dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan. Seringkali ibu sangat gusar dengan perutnya yang semakin gendut, pinggul lebih besar, payudara membesar, rambut menjadi kusam, dan sebagainya. Tentu hal ini akan semakin membuat psikis ibu menjadi tidak stabil. Perubahan psikis umumnya lebih terasa di trimester pertama kehamilan. Kala itu pula, ibu masih harus menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan hormon yang terjadi. Lalu berangsur hilang di trimester kedua dan ketiga karena ibu sudah bisa menyesuaikan dirinya.

Waspadai Perubahan Berlebihan

Perubahan perilaku pada ibu hamil, jika kadarnya masih normal, tidak akan mengganggu proses tumbuh kembang janin. Namun, ada batasan yang mesti diwaspadai, yakni saat perilaku ibu sudah “keterlaluan”. Kriteria keterlaluan memang terkesan rancu, tapi yang pasti waspadai jika ibu terlihat dilanda kecemasan berlebih atau stres sehingga perilakunya bisa “membahayakan” janin. Misalnya, kemalasan ibu sampai membuatnya masa bodoh dengan kehamilannya. Atau kemarahan yang terjadi sudah sering berubah menjadi amukan. kondisi psikis yang terganggu akan berdampak buruk pada aktivitas fisiologis dalam diri ibu. Umpamanya, suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat dan sekresi asam lambung. Di samping itu, dapat pula memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, gelisah, pening, dan mual. Semua dampak ini akhirnya akan merugikan pertumbuhan janin karena si kecil sudah dapat merasakan dan menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar dirinya. Apalagi masa trimester pertama merupakan masa kritis menyangkut pembentukan organ tubuh janin. Oleh karena itu, walaupun sifat pemalas, pemarah, sensitif, dan manja wajar muncul di masa hamil, Banyak hal yang bisa dilakukan. Jika perubahan ini ditanggapi secara positif, baik ibu maupun janin akan lebih sehat kondisinya. Inilah hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya dampak psikis yang negatif.

1. Menyimak Informasi Seputar kehamilan Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran, tabloid, atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang menghadapi kehamilan. Ibu pun jadi tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu terhadap perubahan pada dirinya, tak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi psikis.

2. Kontrol Teratur Kontrol bisa dilakukan pada dokter kandungan atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa menanyakan tentang perubahan psikis yang dialami. Biasanya, bila ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi.

3. Perhatian Suami Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu. Misalnya, ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.

4. Jalin Komunikasi Jangan pernah menutupi perubahan psikis yang terjadi, tetapi komunikasikanlah hal itu kepada suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama suami, sangat berpengaruh terhadap kestabilan emosi ibu hamil. Sebaliknya, perasaan ibu hamil yang dipendam sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan.

5. Beraktivitas Sangat dianjurkan agar ibu mencari aktivitas apa pun yang dapat meredakan gejolak perubahan psikis. Bisa dengan menjahit, melukis, bermain musik, atau apa pun. Umumnya, ibu yang aktif di luar rumah bisa mengatasi berbagai perubahan psikisnya tersebut dengan lebih baik.

6. Perhatikan Kesehatan Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi. Hindari mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi kehamilan.

7. Relaksasi Bila ingin mendapatkan perasaan yang lebih relaks, ibu bisa mengatasinya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian sambil mengatur napas, senam yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.

Referensi :

1. Pusdikanakes – who – jhpiego, asuhan antenatal, jakarta, 2003

2. Bobak, lowdernik, jensen, buku ajar keperawatan maternitas, jakarta : egc, 2004

1. Varney h, varney’s midwifery, london : jones & bartlett publishers,1997

2. Seller, p. Mc, midwifery, volume 2, 1993, juta & co ltd

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar