Senin, 28 Februari 2011

Tahapan Perkembangan Balita Usia 1 - 4 Tahun

DEFINISI PERKEMBANGAN
Banyak ahli memberikan pengertian perkembangan yang berbeda secara redaksional dan sudut pandang, namun dalam unsur-unsur perkembangannya mereka tetap mengacu pada inti yang sama.
http://www.bahankuliahkesehatan.blogspot.com
   Ikatan Dokter Anak Indonesia memberikan pengertian perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang  teratur,dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002).
Menurut Harlimsyah (2007) perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan).
Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko, fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak ditunjang oleh   factor lingkungan dan proses belajar dalam masa waktu tertentu, menuju kedewasaan (Zein, 2005).
Perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan Pembelajaran (learning) (Wong, 2000).
Dari berbagai pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam   perkembangan terjadi proses perubahan yang teratur, hanya kecepatan tiap individu berlainan bergantung pada faktor pendukung yang ada dari proses perkembangan
15 bulan
Motorik
Adaptasi

Bahasa

Sosial

Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak
Membuat menara 3 tingkat dari kubus, membuat garis menggunakan crayon, memasukkan kismis ke dalam botol
Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek yang sudah akrab
Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk orang tua
18 Bulan
Motorik


Adaptasi

Bahasa

Sosial
                   

Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga dengan berpegang pada 1 tangan, menjelajahi laci-laci dan tempat sampah

Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru gerakan vertikal, mentumpahkan kismis dari botolnya
10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih bagian tubuh
Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen jika basah atau kotor, mencium orang tua dengan mengerutkan bibir
24 Bulan
Motorik

Adaptasi


Bahasa

Sosial
           

Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat perabotan rumah tangga, melompat.
Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, membuat coretan dengan pola melingkar, meniru gerakan horizontal, meniru melipat kertas dalam sekali lihat.
Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat, objek).

Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka baju, mendengar cerita ketika ditampilkan gambarnya.
30 Bulan
Motorik
Adaptasi


Bahasa

Sosial

Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian
Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus, membuat gerakan vertical dan horizontal, tapi tidak membuat gerakan silang, meniru gerakan melingkar
Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri “saya”, mengetahui nama lengkap sendiri.
Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain.
36 Bulan
Motorik
Adaptasi


Bahasa


Sosial

Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki
Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus, membuat jembatan menggunakan tiga kubus, menyalin lingkaran, meniru gerakan silang.

Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan benar, mengulangi tiga nomor atau sebuah kalimat dengan enam suku kata.

Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain), membantu memakai baju (melepaskan kancing baju dan memakai sepatu), menyuci tangan.
48 Bulan
Motorik


Adaptasi



Bahasa
Sosial

Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan tangan yang tinggi, menggunakan gunting untuk memotong gambar, mendaki dengan baik.
Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang menggunakan lima kubus, menyalin tanda silang dan kotak, menggambar dua samapai empat bagian tubuh manusia selain kepala, dapat mengetahui perbedaan panjang dua garis.
Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita.
Bermain  dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social dan peran permainan, pergi ke toilat sendiri.

1.  Perkembangan Bahasa
1 tahun
  • Menggunakan satu atau lebih kata bermakna jika ingin sesuatu, bisa jadi hanya potongan kata misalnya mama untuk makan.
  • Mengerti instruksi sederhana seperti duduk
  • Mengeluarkan kata pertama yang bermakna.
18 bulan
  • Kosa kata mencapai 5-20 kata, kebanyakan kata benda.
  • Suka mengulang kata atau kalimat.
  • Dapat mengikuti instruksi seperti “Tolong tutup pintunya”
2 tahun
  • Bisa menyebutkan sejumlah nama benda di sekitarnya.
  • Menggabungkan dua kata menjadi kalimat pendek “Mama bobo”
  • Kosa kata mencapai 150 - 300 kata
  • Bisa berespon pada perintah seperti Tunjukkan mana telingamu.
3 tahun
  • Bisa bicara tentang masa yang lalu.
  • Tahu nama-nama bagian tubuhnya.
  • Menggunakan 3 kata dalam satu kalimat.
  • Kosa kata mencapai 900-1000 kata.
  • Bisa menyebutkan nama, usia dan jenis kelamin
  • Bisa menjawab pertanyaan sederhana tentang lingkungannya.
4 tahun
  • Tahu nama-nama binatang.
  • Menyebutkan nama benda yang dilihat di buku atau majalah.
  • Mengenal warna.
  • Bisa mengulang 4 digit angka.
  • Bisa mengulang kata dengan 4 suku kata.
  • Suka mengulang kata, frase, suku kata dan bunyi.
 2.  PERKEMBANGAN KOGNITIF 
 
1.  Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)
Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.
1. Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :
2. Belajar melalui pengamatan/ mengamati. Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.
3. Meniru orang tua. Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku orangtua.
4. Belajar konsentrasi. Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.
5. Mengenal anggota badan. Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Anak-anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.
6. Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu. Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak pada usia 18 – 24 bulan.
7. Mulai mampu berimajinasi. Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.
8. Mampu berpikir antisipatif. Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.
Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata. Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
Cepat menangkap kata-kata baru. Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.

2.  Perkembangan Kognitif Anak Usia 2 – 3 Tahun (24 – 36 Bulan)
Kemampuan kognitif anak usia 2 – 3 tahun semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut  :
1. Berpikir simbolik. Anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa kata-kata, gambaran mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir simbolik adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain. Mendekati usia ketiga, kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai menggunakan obyek subtitusi dari benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun bantal- bantal sehingga menyerupai mobil dan dianggapnya sebagai mobil balap.
2. Mengelompokkan, mengurut dan menghitung. Pada tahun ketiganya, anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk, misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang. Selain mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya dan mengetahui perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).
3. Meningkatnya kemampuan mengingat. Kemampuan mengingat anak akan meningkat pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2 tahun, anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya. Mereka juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang disampaikan bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.
4. Berkembangnya pemahaman konsep. Ketika mencapai usia 18 bulan, anak memahami waktu untuk pertama kalinya yaitu pemahaman “sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun, anak mulai memahami pengertian “besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian hari-hari selama seminggu di usia 3 tahun.
5. Puncak perkembangan bicara dan bahasa. Pada usia sekitar 36 bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80% kata-kata tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.
 
3. PERKEMBANGAN MOTORIK 1-4 TAHUN
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Berikut tahapan-tahapan perkembangannya:

Usia 1-2  tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
• merangkak
• berdiri dan berjalan beberapa langkah
• berjalan cepat
• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
• merangkak di tangga
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• menarik dan mendorong benda-benda berat
• melempar bola
• mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk
• membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
• menyusun menara dari balok
• memindahkan air dari gelas ke gelas lain
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menyalakan TV dan bermain remote
• belajar mengupas pisang
Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
• melompat-lompat
• berjalan mundur dan jinjit
• menendang bola
• memanjat meja atau tempat tidur
• naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir
• berdiri dengan 1 kaki
• mencoret-coret dengan 1 tangan
• menggambar garis tak beraturan
• memegang pensil
• belajar menggunting
• mengancingkan baju
• memakai baju sendiri

Usia 3-4 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki
• berjalan menyusuri papan
• menangkap bola besar
• mengendarai sepeda
• berdiri dengan 1 kaki
• menggambar manusia
• mencuci tangan sendiri
• membentuk benda dari plastisin
• membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi
      
4. Kematangan Sosial
 
UMUR 1-2 TAHUN
  1. Tidak digendong
  2. Membuka kaos kaki
  3. Mengunyah makanan
  4. Minum dengan gelas/cangkir tanpa bantuan
  5. Makan dengan sendok
  6. Membedakan bahan-bahan yang dimakan
  7. Mengupas makanan/membuka bungkus gula-gula
  8. Bermain-main dengan anak lain
  9. Mengetahui nama-nama benda yang umum
  10. Bercakap-cakap dengan kalimat pendek
  11. Mencoret-coret dengan pensil atau kapur
  12. Memindah-mindahkan benda
  13. Mengatasi halangan-halanga sederhana
  14. Mengambil atau mebawa benda-benda yang dikenal
  15. Berjalan-jalan dalam kamar tanpa bantuan
  16. Berjalan keliling dalam rumah/pekarangan
  17. Menaiki anak tangga/trap tanpa ditolong
UMUR 2-3 TAHUN
  1. Minta pergi ke belakang (WC)
  2. Mengeringkan tangan
  3. Menanggalkan pakaian
  4. Memakai baju atau pakaian tanpa bantuan
  5. Makan dengan sendok tanpa berceceran
  6. Mengambil minuman tanpa dibantu
  7. Menceritakan pengalaman
  8. Mengatakan sesuatu keinginan
  9. Berprakarsa sendiri untuk memulai permainan
  10. Menghindari bahaya-bahaya yang sederhana
  11. Memotong-motong dengan gunting
  12. Dapat mengenal tempat
UMUR 3-4 TAHUN
  1. Minta pergi ke WC
  2. Mengancing baju atau pakaian
  3. Mencuci tangan tanpa bantuan
  4. Minta tambah makan
  5. Mengambil alat-alat makan dan minum sendiri tanpa dibantu
  6. Memilih permainan atau barang untuk dirinya
  7. Menunjukkan suatu aktivitas kepada orang lain
  8. Bermain-main bersama pada tingkat taman kanak-kanak
  9. Menceritakan pengalaman-pengalaman kecil
  10. Membantu pekerjaan rumah tangga
  11. Naik turun trap lantai rumah tanpa dibantu
  12. Pergi ke lingkungan tetangga tanpa diantar
5. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu. Dengan kata lain, ketika orang tua dalam mengasuh anaknya sangat memperhatikan anaknya dalam aspek-aspek tertentu misalnya mengizinkan seorang anak yang menginjak usia balita untuk dapat mengeksplorasikan dan mengubah lingkungannya, anak tersebut akan bisa mengembangkan rasa mandiri atau ketidaktergantungan. Pada usia ini menurut Erikson bayi mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya, sehingga melalui masa ini akan nampak suatu usaha atau perjuangan anak terhadap pengalaman-pengalaman  baru yang berorientasi pada suatu tindakan/kegiatan  yang dapat menyebabkan adanya sikap untuk mengontrol diri sendiri dan juga untuk menerima control dari orang lain. Misalnya, saat anak belajar berjalan, memegang tangan orang lain, memeluk, maupun untuk menyentuh benda-benda lain.
Di lain pihak, anak dalam perkembangannya pun dapat menjadi pemalu dan ragu-ragu. Jikalau orang tua terlalu membatasi ruang gerak/eksplorasi lingkungan dan kemandirian, sehingga anak akan mudah menyerah karena menganggap dirinya tidak mampu atau tidak seharusnya bertindak sendirian.
Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan keberanian anak dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain, keseimbanganlah yang diperlukan di sini. Ada sebuah kalimat yang seringkali menjadi teguran maupun nasihat bagi orang tua dalam mengasuh anaknya yakni “tegas namun toleran”. Makna dalam kalimat tersebut ternyata benar adanya, karena dengan cara ini anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri. Sedikit rasa malu dan ragu-ragu, sangat diperlukan bahkan memiliki fungsi atau kegunaan tersendiri bagi anak, karena tanpa adanya perasaan ini, anak akan berkembang ke arah sikap maladaptif yang disebut Erikson sebagai impulsiveness (terlalu menuruti kata hati), sebaliknya apabila seorang anak selalu memiliki perasaan malu dan ragu-ragu juga tidak baik, karena akan membawa anak pada sikap malignansi yang disebut Erikson compulsiveness. Sifat inilah yang akan membawa anak selalu menganggap bahwa keberadaan mereka selalu bergantung pada apa yang mereka lakukan, karena itu segala sesuatunya harus dilakukan secara sempurna. Apabila tidak dilakukan dengan sempurna maka mereka tidak dapat menghindari suatu kesalahan yang dapat menimbulkan adanya rasa malu dan ragu-ragu.
Jikalau dapat mengatasi krisis antara kemandirian dengan rasa malu dan ragu-ragu dapat diatasi atau jika diantara keduanya terdapat keseimbangan, maka nilai positif yang dapat dicapai yaitu adanya suatu kemauan atau kebulatan tekad. Meminjam kata-kata dari Supratiknya yang menyatakan bahwa “kemauan menyebabkan anak secara bertahap mampu menerima peraturan hukum dan kewajiban”.
Ritualisasi yang dialami oleh anak pada tahap ini yaitu dengan adanya sifat bijaksana dan legalisme. Melalui tahap ini anak sudah dapat mengembangkan pemahamannya untuk dapat menilai mana yang salah dan mana yang benar dari setiap gerak atau perilaku orang lain yang disebut sebagai sifat bijaksana. Sedangkan, apabila dalam pola pengasuhan terdapat penyimpangan maka anak akan memiliki sikap legalisme yakni merasa puas apabila orang lain dapat dikalahkan dan dirinya berada pada pihak yang menang sehingga anak akan merasa tidak malu dan ragu-ragu walaupun pada penerapannya menurut Alwisol mengarah pada suatu sifat yang negatif yaitu tanpa ampun, dan tanpa rasa belas kasih.


Fisik
Perkembangan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh/ badan/ jasmani seseorang. Perkembangan fisik manusia terjadi mengikuti prinsip cephalocaudal, yaitu bahwa kepala bagian atas tubuh berkembang lebih dulu sehingga bagian atas tampak lebih besar dari pada bawah. Seperti terlihat pada bayi dan anak yang memiliki bentuk tubuh atau fisik berbeda dengan orang dewasa dimana kepala mereka tampak lebih besar dengan bagian tubuh lainnya. Perkembangan badan, lengan, dan kaki pada tahap selanjutnya membuat tubuh mereka menjadi proposional seperti orang dewasa.
Perkembangan fisik seseorang juga terjadi di dalam tubuhnya dengan perkembangan otot dan tulang. Sesungguhnya jaringan-jaringan otot manusia telah ada pada saat bayi lahir. Selama masa kanak-kanak otot-tot menjadi lebih panjang dan lebih besar. Proses ini menjadi lebih cepat pada masa remaja, khususnya pada anak laki-laki.
Adapun tahap perkembangan fisik/ jasmani adalah sebagai berikut:
  1. Usia 3 tahun sudah mampu berjalan mundur, berjalan di atas jari kaki (berjinjit) dan berlari, mampu melempar dan menerima bola denagn kedua tangan yang diluruskan ke depann.
  2. Pada usia 3 – 4 tahun anak mulai mampu mengenal lingkaran, segi empat, segitiga, dan mencontoh berbagai bentuk.
  3. Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan terorganisir dalam pola-pola seperti menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat berjuntai secara santai dan mampu melangkahkan tungkai kaki. Terbentuknya pola-pola tingkah laku ini memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi.
  4. Saat anak mencapai tahapan prasekolah (3 – 6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antara usia bayi dan anak pra sekolah yaitu terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang badan, dan keterampilan yang mereka miliki.
  5. Usia 4 tahun anak-anak telah memiliki keterampilan yang lebih baik, mereka mmapu melambungkan bola, melompat dengan satu kaki, telah mampu menaiki tangga dengan kaki yang berganti-ganti.
6. Perkembangan Psikologis Sebagai Salah Satu Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah   Laku Anak
Tiap anak mempunyai batas-batas psikologis dalam kesanggupannya menghadapi keadaan. Penting bagi seorang dokter gigi untuk mengenal batas-batas relatif perkembangan psikologis seorang anak pada berbagai usia, untuk dapat mendekati anak sehubungan dengan perawatan gigi yang akan dilakukan.
Ukuran tingkah laku yang normal pada berbagai tingkatan umur :
a.   Anak yang berumur 2 tahun
Pada usia ini, anak belum dapat bergaul lama-lama dengan anak lain. Lebih suka bermain sendiri, masih terlalu muda untuk diatur dengan kata-kata, sangat terikat dengan ibunya, tidak dapat dipaksa, tiap kegiatannya datang atas kemauannya sendiri, tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan langsung atau menuruti perintah yang langsung diberikan.
b.  Anak yang berumur 3 tahun
Disebut juga fase bertanya atau fase keras kepala. Anak pada tingkat umur ini memperlihatkan keadaan semi independensi. Dapat diajak dalam suatu kegiatan, peka untuk pujia, mau bekerjasama dan ikut melakukan sesuatu.
c.   Anak yang berumur 4 tahun
Umur ini disebut juga umur mengapa dan bagaimana (Why and How age) dan merupakan suatu masa bagi anak untuk menyatakan perasaan berdiri sendiri (independent), perlawanan atau reaksi, banyak bicara dan menganggap dirinya serba bisa, dapat bergaul dengan teman sebaya, sudah dapat diberi petunjuk-petunjuk secara lisan dan suka bekerjasama.


Daftar Pusktaka
Hildayani, Rini. 2004. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hurlock Elizabeth. (1980). Developmental Psichology, New york : Mc Graw Hill
Makmun, Abin Syamsuddin, H.  (2005) Psikologi Kependidikan, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Denok, Hand Out. Psikologi Perkembangan Anak. 2008
http://duniapsikologi.blogdetik.com/2008/11/page/3/
http://tribk06.multiply.com/journal/item/36/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN
http://kuliahbidan.wordpress.com/2009/04/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-bayi-balita/
http://www.g-excess.com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial.html
http://www.bahankuliahkesehatan.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More