BAB I
PENDAHULUAN
Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung ( isolasi diri ). Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/ stimulus yang adequat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan / diberikan kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan kegiatan hidup se hari –hari kurang adequat.
Menyadari pentingnya stimulus yang adequat tersebut serta melihat kenyataan bahwa selama beberapa hari kami amati banyak kasus kasus dengan menarik diri di ruang Jiwa C , maka kami terdorong untuk menerapkan asuhan keperawatan klien Tn. S dengan masalah utama menarik diri pada kasus Shizoprenia hebifrenik dengan tujuan :
1. Mempelajari kasus menarik diri disesuaikan dengan teori dan konsep yang telah diterima
2. Memberikan asuhan keperawatan pada klien menarik diri dengan pendekatan proses keperawatan
3. Mendesiminasikan asuhan keperawatan klien menarik diri.
Asuhan keperawatan ini kami buat selama kami praktek dari tanggal 2 April sampai dengan tanggal 12 April 2001 di Ruang Jiwa C RSUD DR . SUTOMO SURABAYA
Daftar Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar
4. Resiko mencederai diri dan orang lain
5. Ketidakefektifan pelaksanaan regimen teraupetik
6. Defisit perawatan diri
7. Kurangnya pengetahuan keluarga dalam perawatan klien
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Perubahan persepsi sensori : Resiko halusinasi lihat dan dengar berhubungan dengan menarik diri
3. Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga dalam merawat klien di rumah
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi dalam perawatan diri
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. PROSES TERJADINYA MASALAH KEPERAWATAN
Gangguan hubungan sosial adalah keadaan dimana individu kurang berpartisipasi dalam jumlah berlebihan atau hubungan sosial yang tidak efektif (Rawlins, 1993). Sedangkan definisi dari isolasi sosial adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatannya dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.(Carpenito, 1998). Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa individu menarik diri mengalami gangguan dan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,kekecewaan dan kecemasan.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor predisposisi dari gangguan hubungan sosial adalah : 1) faktor perkembangan dimana setiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan menyebabkan seseorang mempunyai masalah respon sosial yang maladaptif. Untuk faktor perkembangan, setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan baik. Bila tugas perkembangan ini tidak dapat dilalui dengan baik maka akan menghambat tahap perkembangan selanjutnya, 2) faktor genetik dimana salah satu faktor yang menunjang adalah adanya respon sosial yang maladaptif dari orang tua atau garis keturunan diatas, 3) faktor komunikasi dalam keluarga dimana masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontributor untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Masalah komunikasi tersebut antara lain sikap bermusuhan , selalu mengkritik, menyalahkan, kurang kehangatan, kurang memperhatikan anak, emosi yang tinggi. Komunikasi dalam keluarga amatlah penting dengan memberikan pujian,adanya tegur sapa dan komunikasi terbuka . Kurangnya stimulasi, kasih sayang dan perhatian dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan menghambat terbentuknya rasa percaya diri. 4)faktor sosio kultural yaitu norma yang tidak mendukung terhadap pendekatan orang lain atau norma yang salah yang dianut keluarga, seperti anggota keluarga yang gagal diasinglan dari lingkungan sosial.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam pengalaman dan pola tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga dapat berakibat lanjut terjadinya halusinasi dan gangguan komunikkasi verbal karena klien tidak mau berinteraksi secara verbal dengan orang lain. Halusinasi pada klien dapat menimbulkan resiko mencederai diri dan orang lain apabila halusinasinya menyuruh klien untuk melakukan kekerasan pada diri maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Klien dengan harga diri rendah akan membuat dirinya enggan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Tidak adanya dukungan untuk berinteraksi membuat klien semakin menarik diri dari lingkungannya. Akibat menarik diri, klien akan mengalami halusinasi. Halusinasi pada akhirnya akan menguasai klien, pada tahapan lebih lanjut, sehingga memunculkan resiko kekerasan. Harga diri rendah juga akan menimbulkan koping mekanisme pada klien di mana ia mengkompensasikan perasaannya dengan waham kebesaran untuk mengatasi harga dirinya yang rendah. Waham akan mempengaruhi komunikasi klien dimana setiap berkomunikasi klien selalu terarah pada wahamnya sendiri sehingga terjadi gangguan komunikasi verbal.
Pada kasus tuan S awal kejadiannya disebabkan karena adanya ancaman dari teman-temannya bahwa klien tidak akan di ajak bergaul dengan teman group musiknya bila tidak mengikuti aturan main, padahal teman-temannya bermaksud bergurau, tapi klien merasa malu. Hal itu terjadi tahun 1995 ketika klien masih duduk di bangku STM kelas II dan klien dirawat di Rumah sakit selama 9 hari. Selanjutnya klien berobat jalan, namun sudah kurang lebih 1,5 tahun klien tidak pernah berobat. Kejadian yang menyebabkan klien MRS yang kedua ini berawal dari keinginan klien dan keluarga agar klien melamar pekerjaan di tempat kerja pamannya yang berada di Banjarmasin , tapi gagal. Akibat kegagalanya ini klien merasa kecewa karena klien berangan angan bila bekerja dapat membantu penghasilan keluarga. Sebagai anak tertua klien merasa harus dapat membantu orangtuanya. Selanjutnya klien merasa tidak berguna, lalu menarik diri dengan menyendiri dalam kamar sambil termenung, tidak mau merawat diri, tidak mau makan, kadang-kadang bicara sendiri atau ngomel-ngomel tanpa sebab jelas. Bila diajak bicara bicaranya ngelantur, tidsk terarah dan terkadang diam tidak mau menjawab, akhirnya terjadi gangguan komunikasi verbal. Dalam kehidupan sehari hari klien tidak mau bergaul dengan tetangga dan tidak pernah bercerita tentang masalah pribadinya.
Masalah klien yang biasa muncul pada klien menarik diri adalah koping individu tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, harga diri rendah,isolasi sosial menarik diri, resiko tinggi halusinasi,kerusakan interaksi sosial, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri ( Depkes 1995 ). Sedangkan masalah keperawatan yang terjadi pada Tn S adalah : Isolasi sosial menerik diri, harga diri rendah, resiko halusinasi, , koping keluarga tidak efektif : penatalaksanaan regimen teraupeutik in efektif, defisit perawatan diri.
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
Dalam menyusun tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan di atas digunakan beberapa sumber antara lain : Carpenito (1998 ) , Stuart dan Sundeen (1995 ).
ISOLASI SOSIAL : Menarik diri
Prinsip tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Interaksi sering dan singkat
3. Dengarkan dengan sikap empati
4. Beri umpan balik yang positif
5. Ciptakan suasana yang ramah dan bersahabat
6. Jujur dan menepati semua janji
7. Susun dan tulis daftar kegiatan harian bersama klien sesuai dengan jadwal ruangan, minat serta kemampuan klien
8. Bimbing klien untuk meningkatkan hubungan sosial secara bertahap mulai dari klien-perawat, klien dua orang perawat, klien-dua perawat-dan klien lain, klien dengan kelompok kecil, klien dengan kelompok besar
9. Bimbing klien untuk ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok seperti dalam terapi aktivitas kelompok : sosialisasi
10. Berikan pujian saatklien mampu berinteraksi dengan orang lain
11. Diskusikan dengan keluarga untuk mengaktifkan support system yang ada
12. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti depresan
HARGA DIRI RENDAH
Prinsip Tindakan :
1. Perluas kesadaran klien
- Bina hubungan saling percaya
- Berikan pekerjaan pada klien pada tingkat kemampuan yang dimiliki
Maksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapeutik
2. Dukung ekplorasi diri klien
- Bantu klien untuk menerima perasaan danpikiran- pikirannya
- Bantu mengklarifikasi konsep diri dan hubungan denganorang lain melalui keterbukaan
- Berikan respon empati bukan simpati dan tekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada diri klien
3. Bantu klien merumuskan perencanaan yang realistik
- Bantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah
- Bantu mengkonseptualkan tujuan yang realistik.
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI ; Resiko halusinasi lihat dan dengar
Prinsip tindakan :
1. Tetapkan hubungan saling percaya dan lakukan dengan kontak sering dan singkat
2. Kaji gejala halusinasi
3. Fokus pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi
4. Tidak mendukung atau menentang halusinasi
5. Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru saja dialami
6. Dorong klien untuk mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi ( saat ini maupun yang lalu )
7. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi halusinasi
8. Hadirkan realitas
9. Gunakan bahasa yang jelas dan komunikasi secara langsung serta pertahankan kontak mata
10. Diskusikan penyebab, isi, waktu terjadi dan cara untuk memutus halusinasi
11. Berikan tugas dan aktivitas yang dapat dilakukan
12. Diskusikan manfaat dari taerapi medis dengan klien
DEFISIT PERAWATAN DIRI
Prinsip Tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Fasilitasi peralatan perawatan diri klien
3. Motivasi klien dalam melakukan perawatan diri
4. Dorong klien untuk mengungkapkan keuntungan dan manfaat dari perawatan diri
5. Beri reinforcemen positif atas tindakan klien yang mendukung ke arah perawatan diri.
PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK IN EFEKTIF
Prinsip tindakan :
1. Tingkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan terapi yang diperlukan.
2. Libatkan keluarga dalam rencana perawatan klien.
3. Optimalkan penggunaan sumber dan sistem pendukung.
BAB IV
P E L A K S A N A A N
Asuhan keperawatan terhadap Tn S dilaksanakan dalam 10 kali pertemuan. Di bawah ini akan diuraikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk setiap diagnosa, evaluasi serta tindak lanjutnya.
Diagnose keperawatan
Perubahan sensori persepsi : Resiko halusinasi lihat dan dengar berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya sehingga halusinasi lihat dan dengar tidakterjadi.
Implementasi :
Pada pertemuan pertama , perawat membina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara : mengucapkan salam dan menyapa klien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap tenang dan penuh perhatian dengan menemani klien dan membuat kontrak yang jelas. Melakukan interaksi sering dan singkat. Membicarakan dengan klien penyebab menarik diri. Mendiskusikan akibat menarik diri,mendiskusikan keuntungan dalam berinteraksi dengan orang lain. Memotivasi klien untuk bersosialisasi dengan perawatlain, klien lain secara bertahap. Memberikan pujian saat klien mau berinteraksi dengan perawat lain dan klien lain. Mendampingi klien saat memulai interaksidengan perawat lain atau klienlain, menyusun aktivitas sehari -–ari klien sesuai kemampuannya, kesanggupannya serta dengan perencanaandi ruangan.
Evaluasi :
Pada pertemuan ke 3 hubungan saling percaya sudah dapat terbina dengan lebih baik. Tetapi klien masih belum bisa menyebutkan penyebab menarik dirinya. Klien juga belum mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi denganorang lain. Pada pertemuan ke 4 sudah bisa bersosialisasi dengan perawat lain dan klien lain., tapi masih belum bisa menyebutkan penyebab tidak maubergaul dengan orang lain, Pada pertemuan ke 5 klien dapat menjelaskan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan klien sudah mau berinteraksi dengan klien lain,bahkan bergandengan tangan dengan klien lain.
Tindak lanjut
Mempertahankan implementasi yang telah diberikan. Melakukan kerja sama dengan perawat ruangan untuk melatih aktifitas yang teratur dan mendiskusikan mengenai partisipasi keluarga dalam merawat klien .
Isolasi sosial : menarik diri berhubungandengan harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan harga dirinya, sehingga klien dapat berhubungan dengan orang lain.
Implementasi :
Mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat klien melalui cara : menyapa klien dengan ramah dan mengucapkan salam., menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap empati, membuat kontrak yang jelas untuk pertemuan selanjutnya . Menunjukkan sikap penuh perhatian dan penghargaan dengan menemani klien walaupun klien menolak untuk berinteraksi . Mendorongklien untuk menyebutkan aspek/ kemampuan positif yang dimiliki klien dan memberikan pujian terhadap kemampuan positif klien yang menonjol. Mendiskusikan dan memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan mendengarkan klien dengan perhatian
Evaluasi
Pada pertemuan ke 5 klien mulai mau menyebutkan kemampuan yang dimilikinya dan klien mau menunjukkan kemampuannya di depan perawat yaitu klien dapat menyanyi dan pandai bermain gitar. Namun klien masih sulit untuk memulai pembicaraan. Pertemuan ke 6 klien lebih dapat berinteraksi dengan klien lain dan dapat tersenyum membalas sapaan perawat.
Tindak lanjut :
Mempertahankan interaksi yang sudah dicapai klien dan merencanakan untuk diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok.
Penatalaksanaan regimen teraupetik in efektif berhubungan dengan kopingkeluarga inefektif
Tujuan Umum :
Penatalaksanaan regimen teraupetik efektif
Implementasi :
Mengajak keluarga untuk mengidentifikasi perilaku klien yang mal adaftif usaha memberi perawatan pada klien,memberi pujian atas tindakan keluarga yang adaptif, mendiskusikan dengan keluarga tindakan yang dapat dalakukan terhadap keluarga untuk menunjang kesembuhan klien ( memberikan aktivitas, memotivasi melakukan hobinya mengajak klien pada realitas ),mendiskusikan tentang pentingnya peran keluarga,menganjurkan bersikap hangat, menghargai dan tidak memarahi klien, serta memberi pujian terhadap perilaku klien yang adaptif , memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengambil keputusan tentang koping yang efektif dalam merawat klien, menanyakan kepada keluarga bagaimana persepsi dan penerimaan linkungan dengan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, mendiskusikan dengan keluarga cara penyampaian pada masyarakat tantang anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,menganjurkan keluarga untuk konsultasi ke fasilitas bila menemukan kesulitan, memotivasi klien dan keluarga untuk kontrol teratur
Evaluasi
Pada pertemuan ke 6 sampai ke 10 terlihat keluarga mencoba menerapkan apa yang telah didiskusikan dengan perawat dan akan melaksanakannya ketika klien harus pulang.
Tindak lanjut
Memberikan dorongan kepada keluarga dan merencanakan untuk kunjungan rumah
Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kurang motivasi dalam perawtan diri
Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan motivasi tentang kebersihan diri, sehingga kebutuhan klien terjaga dan terpelihara
Implementasi :
Mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina, dengan cara mengucapkan salam dan menunjukkan sikap ramah saat berinteraksi dengan klien. Menciptakan lingkungan yang tenang saat berinteraksi. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Memotivasi klien untuk mandi memakai sabun, menggosok gigi, mengganti pakaian setiap hari, memotivasi klien untuk memotong kuku seminggu sekali bila terlihat kotor dan panjang, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah melakukan perawatan diri, memberikan pujian atas perilaku klien yang mendukung pada perawatan diri.
Evaluasi :
Pada pertemuan 1 dan 2 klien belum bersedia untuk melakukan perawatan diri, klien selalu menunggu ayahnya untuk perawatan diri, klien terlihat kusam ,rambut acak-acakan, baju lusuh karena klien menolak untuk perawtan diri.Pertemuan ke 3 klien sudah bersedia ke kamar mandi di antar ayahnya, sudah bersedia mandi tetapi belum bersedia memakai baju yang rapi dan menyisir rambut. Pertemuan ke 3, 4 ,5
Klien sudah mandi sendiri tapi tidak bersedia memakai handuk sehingga baju terlihat basah. Sampai pertemuan terakhir klien bersedia mandi bila disuruh , bukan atas kemauan sendiri, tapi klien sudah bisa melakukan sendiri dengan pengawasan
Tindak lanjut :
Mempertahankan pemberian motivasi kepada klien dalam melakukan perawatan diri, membuat jadual kegiatan klien sehari-hari. Meningkatkan kualitas ADL klien dengsn mendorong klien untuk melaksanakan semua ADL yang telah dibuat dan mengikut sertakan keluarga dalam memonitor ADL klien.
BAB V
P E M B A H A S A N
Dalam bab ini akan dijelaskan sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan secara teoritis yang telah diaplikasikan pada kasus Tn. S, dimana proses terjadinya menarik diri pada klien hampir sama dengan teori yakni disebabkan oleh harga diri rendah. Harga diri rendah disebabkan beberapa kegagalan dan kekecewaan yang pernah dialami pada masa lalu hingga menyebabkan klien mengisolasi diri dari lingkungannya,tidak mau bergaul dengan lingkungannya, tidak peduli dengan aktivitas.
Untuk diagnosa perubahan persepsi sensori : resiko halusinasi dengar, berhubungan dengan menarik diri, sesuai dengan teori. Tindakan keperawatan yang paling utama dan pertama adalah membina hubungan saling percaya, meskipun tidak ada respon dari klien. Tindakan yang dilakukan perawat antara lain kontak sering dan singkat, memberi dukungan,mendengarkan ungkapan klien. Kontak sering dan singkat pada klien dapat diterima oleh klien dan tindakan tersebut dapat berhasil. Aplikasi teori mendiskusikan dengan klien penyebab menarik diri, akibat menarik diri, melibatkan klien untuk berinteraksi dengan perawat dan klien lain serta memberikan pujian atas kemampuan klien. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok, berinteraksi dengan perawat dan sesama klien , dapat menjadikan klien lebih ceria.
Untuk diagnosa keperawatan menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah telah di aplikasikan teori tindakan keperawatan. Klien mampu berinteraksi dengan lingkungan tetapi klien belum mampu untuk membuat jadual kegiatan sesuai kemampuannya. Hal ini bisa disebabkan tugas –tugas sudah dikerjakan oleh petugas kesehatan dan klien merasa enggan untuk melakukannya.
Untuk diagnosa penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan koping keluarga yang tidak efektif telah dilakukan tindakan keperawatan dengan mendiskusikan bersama keluarga hal –hal yang dapat menyebabkan kekambuhan , upaya yang bisa dilakukan oleh keluarga untuk menanggulangi permasalahan, serta respon dari anggota keluarga yang lain terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa serta mendiskusikan upaya penerimaan oleh anggota keluarga dan lingkungannya.
Keluarga berjanji akan memperlakukan dan mengupayakan sesuai dengan hasil diskusi dengan perawat.
Dukungan positif dari keluarga dan lingkungan akan mempercepat kesembuhan klien.
Defisit perawatan diri timbul akibat klien menarik diriyang menyebabkan klien tidak berminat dan tidak mempunyai kemauan dalam hal perawtan diri. Terhadap masalah ini perawat telah berusaha untuk memotivasi klien dalam melakukan perawatan diri yaitu dengan membandingkan keadaan klien sebelum dan sesudah klien melakukan perawatan diri. Dengan upaya ini perawat telah menemukan beberapa perubahan positif pada diri klien. Usaha yang telah dilakukan belum memberi hasil yang maksimal. Oleh karena itu diharapkan perawat dan keluarga selalu memberimotivasi kepada klien.
Keberhasilan asuhan keperawatan pada klien Tn. S ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain : kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan, pemberian obat yang teratur, serta peran serta keluarga dalam merawat klien dan kooperatif dengan perawat. Sedangkan hambatan yang ditemui adalah asuhan keperawatan diberikan tidak secara kontinyu,mengingat tidak setiap hari selama 2 minggu mahasiswa praktek. Hambatan lain , keluarga dan klien ingin segera pulang walaupun klien belum mampu melaksanakan adl secara mandiri dengan alasan dana yang terbatas. Perawat dapat memberikan motivasi untuk kontrol dan meminum obat secara teratur serta melanjutkan perawatan di rumah sesuai dengan kemampuan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa : Yasmin Asih, Edisi 6, EGC, Jakarta, 1998.
Keliat, B. A., Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1999.
Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock, Clinical Manual of Psychiatric Nursing, 2 nd Edition, Mosby Year Book, St. Louis, 1993.
Stuart, G.W. & Michele T. Laraia, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 6 th Edition, Mosby Company, St. Louis, 1998.
Towsend, Mary C., Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Alih Bahasa : Novy Helena C.D., Edisi 3, EGC, Jakarta, 1998.
Stuart, G. W. & Sandra J. Sundeen, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 1 st Edition, Mosby Company, St. Louis, 1995.
0 komentar:
Posting Komentar