Berdasarkan tingkatan usia dan perkembangan organ penderita, pemberian obat dapat menimbulkan respon yang tingkatannya berbeda-beda.
Hal ini sesuai dengan karakteristik dalam perubahan fisiologi yang dialami penderita.
(bahan kuliah dan makalah kesehatan)
Oleh karena itu perubahan terapi obat, terutama dalam dosis bagi :
1. Neonatus
2. Bayi, perlu dipertimbangkan aturan dosis yang tidak membuat bayi keracunan, mengingat perkembangan organ belum matang
3. Orang lanjut usia , terjadi penurunan fungsi-fungsi organ, sehingga pemberian obat harus dilakukan hati -hati
4. Wanita Hamil, penberian perlu dikontrol ketat selain karena perubahan fisiologis wanita hamil, juga ancaman bahaya teratogen kepada fetus yang dapat ditimbulkan dari obat.
Kondisi patologis penderita (keadaan karena sakit) juga berperanan terhadap efektifitas obat, disamping adanya faktor genetik dan toleransi.
Fokus dalam pertimbangan pemberian obat adalah membicarakan perubahan fisiologis, farmakokinetik, farmakodinamik, penderita dalam kaitannya dengan terapi obat, khususnya untuk pemakaian obat pada bayi, anak, lansia, wanita hamil dan kondisi sakit tertentu.
PENGGUNAAN OBAT PADA BAYI DAN ANAK
Mengingat belum matangnya fungsi organ pada anak, maka dosis obat perlu disesuaikan. Jaringan yang sedang tumbuh dengan cepat pada bayi dan anak kecil membuat lebih peka terhadap obat-obat tertentu, misalnya tetrasiklin yang diberikan pada trismester kehamilan terakhir dan masa kanak-kanak (<8 tahun) menyebabkan perubahan warna gigi yang permanen karena sifat mengendapnya pada jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh dari janin dan kanak-kanak. Akibatnya terhambatnya pertumbuhan tulang serta gigi bertitik kuning kecoklatan dan lebih mudah berlubang atau caries. Sementara pada manusia dewasa hal tersebut tidak ada pengaruhnya.
Pemberian dosis anak dapat didasarkan pada 2 hal:
1. Dosis berdasarkan berat badan yaitu : Dosis obat dalam satuan mg/Kg BB/hari. Dosis yang diperlukan adalah dosis per mg/kg BB-nya atau menurut rumus dosis clark dosis anak dapat dihitung.
BB anak X Dosis dewasa = Dosis anak-anak 60*)
*) rata-rata BB dewasa manusia indonesia dalam kg
2. Dosis berdasarkan permukaan tubuh adalah :
Luas permukaan tubuh X dosis dewasa= Dosis anak-anak
1.73 m2
Luas permukaan tubuh anak dicari dengan nomogram berdasarkan potongan berat badan dan tinggi badan . Metoda ini sekarang paling sesuai untuk perhitungan dosis anak karena banyak fenomena fisik berkaitan dengan luas permukaan tubuh. Besarnya dosis anak sebagai persentase dari dosis dewasa dapat dilihat pada tabel.
Tabel : Usia, BB, Dosis anak
Usia | Berat badan (kg) | Dosis anak (% dari dosis dewasa ) |
Neonatus | 3,4 | < 12,5 |
1 bulan | 4,2 | < 14,5 |
3 bulan | 5,6 | 18 |
6 bulan | 7,7 | 22 |
1 tahun | 10 | 25 |
3 tahun | 14 | 33 |
5 tahun | 18 | 40 |
7 tahun | 23 | 50 |
12 tahun | 37 | 75 |
Pertimbangan yang dominan dalam menentukan dosis anak adalah kemampuan pada aspek farmakokinetika obat yang berbeda dengan dewasa yaitu mengenai tahapan absarpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat (ADME) hal ini dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel : Kemampuan organ tubuh bayi dan anak dari tinjauan farmakokinetika obat.
Tahap Farmakokinetika | Kemampuan reseptos dan kondisi biologis |
Absorpsi | pH lambung lebuh tinggi dari dewasa , akibatnya golongan obat penisilin akan lebih banyak penyerapannya, sehingga dosiisnya perlu diturunkan. Waktu pengosongan lambung yang lebih lambat. Obat lebih lama untuk mencapai kadar puncak. Kulit bayi yang tipis membuat obat topikal harus hati-hati |
Distribusi | Karena bayi mempunyai pengikatan pada protein plsma yang lebih sedikit, maka terdapt obat bebas lebih , sehingga toksisitas obat mudah dicapai. Dosis antibiotik harus diturunkan |
Metabolisme atau biotransformasi | Aktivitas enzim hati yang masih rendah, sehingga waktu paruh lebih panjang. Pertimbnagkan kemungkinan akumulasi obat. Sementara pasa enak yang lebih besar dengan meningkatnya laju metabolisme, membuat waktu paruh lebuh singkat, sehingga dosis perelu dinaikkan |
Ekskresi | Eliminasi obat melalui ginjal menurun sampai usia satu tahun. Penurunan dalam ekskresi obat menyebabkan waktu paruh yang lebih panjang dan ada kewmungkinan terjadi toksisitas obat. |
PENGGUNAAN OBAT PADA LANSIA
Penggunaan obat pada kalangan lansia hampir mendapai 25 % dari semua obat-obatan, terutama karena penyakit kronik dan juga banyaknya penyakit dikalangan lansia. Terdapat beberapa perubahan fisiologis pada lansia berkaitan dengan proses penuaan dan ini mempengaruhi efektifitas dalam terapi obat.
Pemberian obat pad lansia , lebih baik digunakan dosis yang lebih rendah dari dosis dewasa. Berika dosis yang sederhana 1x sehari dan sediaan obat yang mudah ditelan (sirup atau tablet), bila perlu monitor kadar obat dalam serum lansia.
Tabel : Perubahan fisiologis pada lansia
Tahap Farmakokinetik | Kemampuan reseptor dan kondisi fisiologisnya |
Absorpsi | Karena aliran darah yang berkurang ke GI (akibat curah jantung yang menurun), maka absorpsi diperlambat berkurangnya peristaltik GI akan mengakibatkan mula kerja obat |
Distribusi | Tempat pengikatan pada protein plasma yang berkurang, kareana berkurangnya kadar protein dan albumin plasma . maka terdapat obat bebas lebih banyak, sehingga pemberian obat harus memperhatikan kompetisi untuk berikatan dengan protein |
Metabolisme atau biotransformasi | Aktivitas enzim hati berkurang/menurun, sehinghga kemampuan metabolisme obat rendah dan waktu paruh lebih meningkat. Pertimbangkan kemungkinan akumulasi obat |
PENGGUNAAN OBAT PADA KEHAMILAN
Pada wanita hamil, respon farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat dapat berubah karena adanya perubahan fisiologis wanita hamil yaitu
Tabel : Kondisi fisiologis wanita hamil
Kondisi fisiologis | Perubahan yang terjadi |
Sistem Kardiovaskuler 1. Ekspansi volume plasma (hipervolemia)
2. Perubahan aliran darah regional
3. Fungsi ginjal | Mula pada 6-8 minggu kehamilan Meningkatnya volume plasma 1200-1300ml pada 30-34 minggu atau sekitar 45 % diatas wanita normal Meningkatnya cardiac output hingga 30-50% diatas wanita normal Meningkatnya aliran darah kedinding plasenta, ginjal,kulit, payudara Menurunnya aliran darah pada otot skeletal sebagai akibat meningkatnya kram pada kaki Meningkatnya kecepatan filtrasi glomerulus mulai 6 mingggu kehamilan Fungsi reabsorpsi ditubular yang mengkin membuat nilai glikose turun |
Sistem gastrointestinal | Perubahan pada gastrointestinal meningkatnya waktu trnsit yang disebabkan aksi progesteron pada otot polos |
Kondisi fisiologi ibu hamil yang berubah dibandingkan keadaan wanita normal dari aspek farmakokinetik obat menimbulkan hal-hal berikut :
1. Berkurangnya obat yang diikat albumin, menyebabkan meningkatnya fraksi bebas.
2. Meningkatnya cairan tubuh membuat adanya pengenceran obat, sehingga obat tidak dapat diberikan dalam dosis yang lebih rendah
3. Perubahan pada gastrointestinal. Obat yang diberikan peroral menampakkaan penurunan kadar puncak dan lama obat bekerja
4. Berkurangnya ikatan obat dengan protein menyebabkan pengaruh jumlah dari obat yang ditransferke air susu, henya fraksi nobat bebas yang dapat ditransfer
5. Perubahan enzimatikmembuat pengaruh efek obat yang lebih cepat, pertimbangkan kemungkinan terjadinya toksisitas.
PEMBERIAN OBAT PADA KONDISI TERTENTU
Karena banyaknya jenis penyakit, maka dibatasi pada yang menyerang organ utama yang berkaitan dengan fungsi farmakinetik tubuh, seperti dapat dilihat pada tabel.
Tabel : Kondisi patologik penderita dan pengaruhnya dalam proses farmakokinetika obat
Penyakit | Pengaruh terhadap proses farmakokinetik obat | Prinsip pemberian obat |
Penyakit saluran cerna | Mengurangi kecepatan dan atau jumlah obat yang diabsorpsi melalui pelambatan pengosongan lambung, percepatan waktu transit, dan kemungkinan terjadinya melabsorpsi | Hindari obat iritan misal Kcl, aspirin, AINS, pada keadaan hipomotilitas saluran cerna |
Kardiovaskuler | Mengurangi distribusi obat ke hepar dan ginjal sehingga kadardalam darah tinggi | Turunkan dosis awal ataupun dosis penunjang |
Hepar | Mengurangi metabolisme obat dalam hati sehingga meningakatkan kadar obat bebas dalam darah dan jaringan. Dapat terjadi respon berlebihan atau toksik. Terutama terjadi pada penyakit hati yang parah. Hepatotoksik obat dapat terjadi pada dosis yang lebih rendah. | Dipilih obat yang ekskresinya banyak melelui ginjal Gunakan dosis yang lebih rendah dari dosis normal |
Ginjal | Mengurangi ekskresi obat sehingga meningkatnya kadar dalam darah dan jaringan | Dipilih obat yang eliminasinya melalui metabolisme hati. Gunakan dosis yang lebih rendah dari dosis normal |
TERATOLOGI
Teratologi adalah ilmu yang mempelajari perkembangan abnormal dan malformasi kongenital janin. Teratogen adalah agen yangn dapat menginduksi malformasi selama perkembangan bayi. Sedangkan mutagen adalah agen yang menyebabkan mutasi genetik.
Hal yang perlu diingat tentang teratogen :
- Teratogen bersifat sfesifik.
Teratogen menyebabkan kelainan yang spesifik, misalnya talidomide( obat penenang) menyebabkan kelainan syaraf
- Teratogen menunjukkan hubungan dosis-efek
Hasil study pada binatang menunjukkan bahwa pada dosis rendah tidak menunjukkan adanya efek, pada dosis menengah nampak adanya pola karakteristik malformasi dan pada dosis tinggi menyebabkab matinya embrio.
- Teratogen harus sampai pada bakal janin dengan jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek. Pengobatan pad amat memberikan efek yang kecil pada bakal janin, karena meskipun didistribusi secara sistemik tapi kadarnya pada fetus sangat kecil sekali.
- Efek tertogen tergantung tahap perkembangan fetus. Selama tahap embryogenesis, embrio sangat peka terhadap teratogen.
DIARE
Diare adalah Terjadinya BAB 3x atau lebih sering sehari dengan konsistensi lembek atau cair tidak seperti biasanya.
Diare akut adalah meyebabkan kesakitan dan kematian pada anak, angka kejadian lebih kurang 400 per 1000 penduduk pertahun 60-70 % terjadi pada balita, Pemyebabnya adalah DEHIDRASI
Masalah dalam pengobatan diare:
1. Pengobatan diare akut dengan URO ( Upaya Rehidrasi Oral ) tapi kenyataan banyak pengobatan yang tidak rasional meninggalkan URO dan menggunakan obat-obat yang tidak tepat.
2. Obat yang tidak tepat banyak memberi resiko dari pada manfaat
a. Antimikroba Hanya dibutuhkan pada diare akut spesifik
b. Spamolitika mengrangi peristaltik ex. loperamide, papaverine,
c. Adsorben tidak menyerap racun dan mengentalkan tinja,: norit , pulgit
Patofisiologi
Diare disebabkan terganggunya absorbsi air dan elektrolit karena kerusakan sel- sel mukosa usus oleh invasi usus, keluarnya cairan dan elektolit dari dinding usus loeh karena rangsangan biokimia dan toksin yang dikeluarkan bakteri serta invasi bakteri kedalam mukosa usus menyebabkan nasalh yang dihadapi terjadinya dehidrasi dan kekurangan elektrolit.
Tujuan terapi : REHIDRASI
Untuk dirumah dengan karbohidart- garam
Karbohidrat : air tajin , sup
Garam, oralit
Diare Spesifik
Gejala khusus | Penyakit | Terapi utama | Terapi alternatif |
Diare, muntah berlebihan, cepat dehidrasi tinja seperti air cucian beras | Kolera | Tetrasiklin | Eritomisin Furazolidon |
Demam, muntah, mual, sakit kepal , tinja berdarah, | Shigellosis | Ampicilin | Kotromoksazol Asam nalidiksat |
Demam, tinja berdarah, berlendir, tropozoid amoeba + | Amoebasis | Metronidazol | Dehidroemetin hcl |
Badan lemah, tinja kuning, pucat, berminyak, berbusa tidak berbentuk | Giardiasis | metronidazol | Kuinokin |
ANTIHISTAMIN
Histamin adalah suatu senyawa amina yang didalam tubuh dibentuk oleh asam amino histidin olehn pengaruh enzim histidin dekarboksilase hampir semua organ dijaringan tubuh mengandung histamin itu. Zat tersebut terdapat terutama dalam sel-sel tertentu yaitu mastcell, dalam keadaan terikat dan tidak aktif, dapat dibebaskan dari ikatannya dalam bermacam-macam faktor antara lain reaksi alergi, luka-luka berat, sinar uv dari matahari, racun ular dan tawon, enzim proteolitik, tubokurarin,klordiazepoksida.
Efek Histamin, terdapat histamin yang berlebihan didalam tubuh menimbulkan efek antara lain :
1. Kontraksi otot-otot polos bronchi, usus dan uterus
2. Vasodilatasi semua pembuluh daranh akibat hipotensi
3. Memperbesar permeabilitas kapiler, yang berakibat udema dan pengembangan mukosa
4. Memperkuat sekresi kelenjar ludah, airmata dan asam lambung
5. Stimulasi ujung saraf dengan akibat erytema dan gatal-gatal
Dalam keadaan normal jumlah histamin dalam keedaan cukup kecil, hanya kira-kira 50 mcg/1, sehingga tidak menimbulkan efek seperti tersebut diatas. Baru bila mastcell pecah, histamin terlepas demikian banyak sehingga efek tersebut menjadi nyata. Kelebihan histamin dalam darah diuraikan dalam enzim histaminase yabg juga terdapat didalam jaringan. Dalam pengobatan untuk mengatasi efek histamin digunakan obat antihistaminika.
Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan dalam tubuh, dengan jalan memblok reseptornya. Atas dasar reseptor histamin dibedakan 2 macam antihistaminika yaitu
1. Antihistaminika H 1( H1 blocker)
Zat ini menekan reseptor H1 dengan efekl terhadap penciutan bronchi, usus, uterus, terhadap ujung saraf dan untuk sebagian terhadap sietem pembuluh darah(vasodilatasi dan naiknya permeabilitas) . Kebnyakan antihistaminika termasukl kelompok ini. Selain daya antihistaminika, obat-obat ini memiliki khasiat lain yaitu antikolinergik, menekan SSP dan beberap diantaranya antiserotonin dan lokal anestesi. Bardasarkan efek tersebut, amtihistaminika ini banyak digunakan untuk mengatasi gangguan, antara lain asma, yang bersifat alergi, ”hay fever”(alergi terhadap serbuk sari bunga ), urticaria(kaligata), kurang nafsu makan, mabuk perjalanan parkinson dan sebagai sedativa hipnotika.
2. Antihistaminika H 2 ( H2 blocker)
Menekan reseptor H2 dengan efek terhadap hipersekresi dan untuk sebagian terhadap vasodilatasi dan turunnya tekanan darah. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidine dan ranitidin.
Obat-obat antihistamin:
1. Difenhidramin
Khasiat antihistaminikanya yang kuat, juga bersifat sedatif, antikolinergik, spasmodik,antiemetik dam antivertigo. Banyak digunakan dalam obat batuk,obat mabuk perjalanan, anti gatal-gatal karena alergi dan oabat tambahan pada penyakit parkinson. Efek sampingnya mengantuk.
2. Klorfeniramin
Daya antihistaminika lebih kuat daripada feniramin, dan mempunyai efek sedatif ringan. Digunakan untuk alergi seperti rhinitis alergi, urtikaria,asma bronchial, dermatitis atopik, eksim alergi, gatal-gatal dikulit udema angioneurotik.
3. Prometazin
Selain digunakan sebagai obat batuk, juga digunakan sebagai antiemetik untuk mencegah mual dan mabukl perjalanan, sindrom parkinson,sedativa dan hypnotika.
4. Dimenhidrinat
Digunakan pada mabuk perjalanan dan muntah-muntah waktu hamil
5. Antazolin
Sifatnya tidak merangsang selaput lendir, karena itu sering digunakan untuk mengobati gejala alergi pada mata dan hidung
6. Feniramin
Berdaya antihistaminika kuat dan efek meredakan batuk yang cukup baik, sehingga digunakan pula dalam obat batuk
7. Siproheptadin
Merupakan satu-satunya antihistaminika yang menpunyai efek tambahan nafsu makan. Kerja ikutanya timbul rasa mengatuk, pusing , mual dan mulut kering.
8. Mebhidrolini napadisilat
Praktis tidak menidurkan, digunakan pada gatal-gatal karena alergi
9. Setirizine HCL
Digunakan untuk perineal rinitis,rginitis alergi, urtikaria idiopatik
10. Loratadine
Digunakan pada Rhinitis alergi, urtikaria kronik, dermatitis alergi, rasa gatal pada hidung dan mata, rasa terbakar apada mata.
0 komentar:
Posting Komentar