Rabu, 27 April 2011

EKSTRAKSI VAKUM

1. Definisi

Ekstraksi vakum merupakam tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama. Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi) tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).

2. Indikasi

Kala II lama dengan presentasi kepala belakang/verteks.

3. Kontraindikasi

Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong).

Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul).

4.Syarat khusus

Pembukaan lengkap atau hampir lengkap

Presentasi kepala

Cukup bulan (tidak prematur)

Tidak ada kesempitan panggul

Anak hidup dan tidak gawat janin

Penurunan H III/III+ (Puskesmas H IV / dasar panggul)

Kontraksi baik

Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan

5.Prinsip ekstraksi vakum:

Membuat suatu caput succadeneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum.

 

clip_image002

Gambar 1. Caput Succadeneum

clip_image004

Gambar 2. Pemasangan cawan penghisap dalam keadaan miring

6. Langkah-langkah klinik

A. Persetujuan tindakan

B. Persiapan sebelum tindakan

 

B.I. Pasien

1. Cairan dan slang infus sudah terpasang, Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.

2. Uji fungsi dan perlengkapan perlatan ekstraksi vakum.

3. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.

4. Medikamentosa

a. Oksigen

b. Ergometrin

c. Prokain 1%

5. Larutkan antiseptik (Povidon lodin 10%)

6. Oksigen dengan regulator

7. Instrumen

a. Set partus : 1 set

b. Vakum ekstraktor : 1 setc. Klem ovum : 2

c. Cunam tampon : 1

d. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai) : 2

e. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1

 

B.II Penolong (operator dan asisten)

1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set

2. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang

3. Alas kaki (sepatu/”boot” karet) : 3 pasang

4. Instrumen

a. Lampu sorot : 1

b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter : 1

 

B.III. Bayi

1. Instrumen

a. Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah : 1 set

b. Kain penyeka muka dan badan : 2

c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1

d. Inkubator : 1 set

e. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set

f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23/ insulin (sekali pakai) : 2

g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2

h. Popok dan selimut : 1

i. Alat resusitasi bayi

2. Medikamentosa

a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%

b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB

c. Epinefrin 0,01%

d. Antibiotika

e. Akuabidestilata dan Dekstrose 10%

3. Oksigen dengan regulator

C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan

D. Tindakan

1. Instruksikan asisten untuk menyipakan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.

2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum.

▪ Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk ke Rumah Sakit.

3. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.

4. Pakai sarung tangan DTT/Steril yang baru.

E. Pemasangan mangkok vakum

1. Masukkan mangkok vakum melalui introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage di daerah ubun-ubun kecil).

2. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisisnya dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit di antara mangkok dan kepala.

3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tanan pemeriksaan dan tangan penahan mangkok tetap pada posisinya.

4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secra bertahap.

5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom) setelah 2 menit, naikkan hingga skala 60 (silastik) atau -6 (Malmstroom) dan tunggu 2 menit.

Ingat : Jangan gunakan tekanan maksumal pada kepala bayi, lebih dari 8 menit.)

6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan abdomen menjadi lebih efektif.

F. Penarikan

1. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan penarikan dengan perineum yang baku) dilakukan pada saat kepala mendorng perineum dan tidak masuk kembali.

2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak masuk kembali.

Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya pasien dirujuk (ingat : penatalaksanaan rujukan).

Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali, kondisi ini juga mengharuskan pasien dirujuk.

3. Saat subosiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.

G. Melahirkan bayi

1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang, kenudian lahirkan seluruh tubuh bayi.

2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak.

H. Lahirkan plasenta

1. Suntikkan oksigen, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat dan mendorong uterus ke arah dorsokranial.

2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terapat bagian-bagian yang lepas atau tidak lengkap).

3. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya (hindari percikan darah).

I. Eksplorasi jalan lahir

1. Masukkan spekulum Sim’s/L atas dan bawah pada vagina.

2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomi atau robekan pada dinding vagina di tempat lain.

3. Ambil klem ovum sebanyak 12 buah, lakukan penjepitan secara bergantian ke arah samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.

4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomi, lakukan penjahitan dan lanjutkan ke langkah K.

5. Bila dilakukan episiotomi, lanjutkan ke langkah J.

J. Penjahitan episiotomi

1. Pasang penopang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan, submukosa dan subkutis) bagian atas dan bawah.

2. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestasi dengan pinset bergigi.

3. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut bawah dengan kocher.

4. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam jahit otot dan mukosa secara jelujur bersimpul ke arah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.

5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.

6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan antiseptik.

7. Pasang kasa yang dibasahi dengan Povidon lodin pada tempat jahitan episiotomi.

K. Dekontaminasi

L. Cuci tangan pascatindakan

M. Perawatan pascatindakan

1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila diperlukan.

2. Catat kondisi pasien pascatindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia dalam status pasien.

3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segera bila pada pemamntauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan yang harus diwaspadai.

2.6.8.Kriteria Kegagalan Ekstraksi Vakum

1. Cawan penghisap terlepas lebih dari 3 kali saat melakukan traksi dan hal ini biasanya terjadi oleh karena :

a. Tenaga vakum terlampau rendah (seharusnya -0.8 kg/cm2) oleh karenakerusakan pada alat atau pembentukan caput succedaneum yang terlampau cepat ( < 0.2 kg/cm2 per 2 menit)

b. Terdapat selaput ketuban atau bagian jalan lahir yang terjepit diantara cawan penghisap dengan kepala anak.

c. Saat melakukan traksi : kedua tangan penolong tidak bekerja secara harmonis, traksi dengan arah yang tidak tegak lurus dengan bidang cawan penghisap atau traksi dilakukan dengan tenaga yang berlebihan.

d. Terdapat gangguan pada imbang sepalopelvik (CPD)

2. Setelah dilakukan traksi selama 30 menit, janin belum dapat dilahirkan.

2.6.9. Komplikasi

Pada Ibu :

· Perdarahan

· Infeksi jalan lahir

· Trauma jalan lahir

Pada anak :

· Ekskoriasi dan nekrosis kulit kepala

· Cephal hematoma

· Subgaleal hematoma

· Perdarahan intrakranial

· Perdarahan subconjuntiva, perdarahan retina

· Fraktura klavikula

· Distosia bahu

· Cedera pada syaraf cranial ke VI dan VII

· Erb paralysa

· Kematian janin

2.6.10.Keunggulan ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam:

1. Tehnik pelaksanaan relatif lebih mudah

2. Tidak memerlukan anaesthesia general

3. Ukuran yang akan melewati jalan lahir tidak bertambah (cawan penghisap tidak menambah ukuran besar bagian anak yang akan melwati jalan lahir)

4. Trauma pada kepala janin relatif rendah

2.6.11.Kerugian ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam:

1. Proses persalinan membutuhkan waktu yang lebih lama.

2. Tenaga traksi pada ekstraktor vakum tidak sekuat ekstraksi cunam.

3. Pemeliharaan instrumen ekstraktor vakum lebih rumit.

4. Ekstraktor vakum lebih sering menyebabkan icterus neonatorum.

2.6.12.Berbagai rekomendasi berkaitan dengan tindakan ekstraksi vakum :

1. Klasifikasi persalinan dengan ekstraksi vakum hendaknya menggunakan klasifikasi yang sama dengan ekstraksi cunam.

2. Indikasi dan kontraindikasi yang dipakai dalam ekstraksi cunam hendaknya juga digunakan pada ekstraksi vakum.

3. Ekstraksi vakum tidak boleh dilakukan pada kepala yang masih belum engage atau diatas station 0.

4. Operator hendaknya memiliki pengalaman yang cukup dalam menggunakan peralatan ekstraksi vakum.

5. Operator harus segera menghentikan usaha persalinan pervaginam dengan ekstraksi vakum bila cawan penghisap terlepas sampai 3 kali saat melakukan traksi.

 

bahan bacaan :

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC. Williams obstetrics. 22nd ed. 2006.Mc Graw hill.

2. Sibai BM. Diagnosis and management of gestasional hypertension and preeclampsia. High risk pregnancy series: an expert’s view. 2003;102:181-92

3. El – Mowafi,D. Abnormal Uterine Action. Di unduh dari : http://www.gfmer.ch/Obstetrics_simplified/abnormal_uterine_action.htm

4. Ekstrasi vakum. 2008. Diunduh dari : www.scrib.com/doc/6502554/ekstraksi-vakum.html

5. Ekstraksi vakum. Diunduh dari : www.repository.ui.ac.id.dokumen/lihat/2162.pdf

6. Ekstraksi vakum. Diunduh dari : www.obfkumj.blogspot.com/2009/07/ekstraksi-vakum.html

7. Ekstraksi vakum. Diunduh dari : www.rafani.co.cc/2009/07/ekstraksi-vakum.html

8. Induksi dan Akselerasi Persalinan. Pada Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : 2002. Hal P 10 – P 15.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More