BAB I
PENDAHULUAN
Fase pengeluaran plasenta dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap. Berakhir dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae – keadaan gawat darurat obstetrik !!).
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com
BAB II
LANDASAN TEORI
PENGERTIAN
1. Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta
lahir.
2. Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
BATASAN
- Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dgn lahirnya plasenta dan selaput ketuban
- Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
PENATALAKSANAAN KALA TIGA PERSALINAN
Atonia uteri terjadi Þ uterus tdk berkontraksi atau tdk berkontraksi secaraterkoordinasi ® ujung pembuluh darah di tempat implantasi plasenta tdk dpt dihentikan sehingga perdarahan menjadi tdk terkendali
Beberapa faktor menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan:
· Jumlah air ketuban yg berlebihan (pohidramnion)
· Kehamilan Gemeli/kembar
· janin besar (makrosomia)
· Kala satu dan dua persalinan yg memanjang
· Persalinan cepat
· Persalinan yg diinduksi / dipercepat dgn oksitosin (augmentasi)
· Infeksi intrapartum
· Multiparitas tinggi/grande multipara
· Magnesium sulfat yg digunakan utk mengendalikan kejang pd PE/E
MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA
- Manajemen aktif kala tiga Þ menghasilkan kontraksi uterus yg lebih efektif
- Keuntungan2 manajemen aktif kala tiga:
- Kala tiga persalinan yg lebih singkat
- Mengurangi jlh kehilangan darah
- Mengurangi kejadian retensio plasenta
- Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
- Pemberian suntikan oksitosin
- Melakukan penegangan tali pusat terkendali
- Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)
MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA
- Manajemen aktif kala tiga Þ menghasilkan kontraksi uterus yg lebih efektif
- Keuntungan2 manajemen aktif kala tiga:
- Kala tiga persalinan yg lebih singkat
- Mengurangi jlh kehilangan darah
- Mengurangi kejadian retensio plasenta
- Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
- Pemberian suntikan oksitosin
- Melakukan penegangan tali pusat terkendali
- Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)
Pemberian Suntikan Oksitosin
- Segera berikan bayi yg telah terbungkus kain kepada ibu utk diberi ASI
- Letakkan kain bersih diatas perut ibu
- Periksa uterus utk memastikan tdk ada bayi yg lain
- Memberitahukan pd ibu ia akan disuntik
- Selambat-lambatnya dlm wkt dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar
Penegangan Tali Pusat Terkendali
- Berdiri disamping ibu
- Pindahkan klem kedua yg telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pd tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
- Letakkan tangan yg lain pd abdomen ibu (alas dgn kain) tepat dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain utk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pd saat melakukan peregangan pd tali pusat, tangan pd dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.
- tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dgn itu, lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya
- Jika plasenta tdk turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat dan tdk ada tanda2 yg menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat
- Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu utk meneran Þ plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegang kearah bawah mengikuti arah jalan lahir
- Pada saat plasenta terlihat pd introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta dgn menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek: pegang plasenta dgn kedua tangan rata dgn lembut putar plasenta hingga selaput terpilin
- Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan utk melahirkan selaput ketuban
- Jika terjadi selaput robekan pd selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dgn hati2 periksa vagina dan serviks dgn seksama
Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri
- Segera setelah kelahiran plasenta
* Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
* Jelaskan tindakan ini kpd ibu dan mungkin merasa tdk nyaman
* Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pd fundus uteri Þ uterus berkontraksi (gambar 5-2) jika tdk berkontraksi dlm wkt 15 dtk, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
Periksa plasenta dan selaputnya utk memastikan keduanya lengkap dan utuh
· Periksa uterus setelah satu hingga dua mnt memastikan uterus berkontraksi dgn baik, jika blm ulangi rangsangan taktil fundus uteri
· periksa kontraksi uterus setiap 15 mnt selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 mnt selama satu jam kedua pascapersalinan
FISIOLOGI PERSALINAN KALA III
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Pada kala III, otot uterus (miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.
Cara-cara Pelepasan Plasenta :
1. Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi pada plasenta yang melekat di fundus.
2. Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik.Lebih besar kemungkinan pada implantasi lateral.
Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal akan lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.
Beberapa Prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat implantasinya :
1. Prasat Kustner.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
2. Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
3. Prasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Tanda – tanda pelepasan plasenta.
Adapun tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu :
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2. Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
3. Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Pada kala III, otot uterus (miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.
Daftar Pustaka
1. Coad, Jane dan Melvyn Dunstall. (2007). Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC
2. Saifudin, Abdul Bari. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP,
3. Affandi, Biran, dkk, (2007), Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Essensial Persalinan (Edisi Revisi), Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik,
4. Bobak, Lawdermilk, Jensen, (2005), Keperawatan Maternitas edisi 4,
2 komentar:
ngapaen ditampilkan lo gak di copy.... pelit...
kok, gak bisa di kopi ???
Posting Komentar