5. Mycoplasma pneumoniae
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Mollicutes
Ordo : Mycoplasmatales
Famili : Mycoplasmataceae
Genus : Mycoplasma
Spesies : Mycoplasma pneumoniae
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com
Mycoplasma pneumoniae merupakan salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut (ISNA) pada anak-anak dan dewasa muda. Pada awalnya penyakit ini dikenal dengan Pneumonia Atypical Primer (PAP) karena gambarannya tidak menyerupai bakteri tipikal dari pneumonia, gambaran radiologis paru tidak spesifik dan angka kematian yang rendah. Tetapi kemudian ditemukan kesamaan antara bakteri ini dengan bakteri penyebab pneuropneumonia pada ternak oleh Eaton dkk. Maka sejak saat itu disebut Eaton egent atau Pleuropneumonia-Like Organism (PPLO).
Mycoplasma dapat tumbuh atau berkembang biak dalam perbenihan tanpa sel, dan pertumbuhannya dihambat oleh antibodi spesifik. Kuman ini mempunyai afinitas selektif untuk sel epitel saluran nafas misalnya bronkus, bronkiolus, dan alveolus yang akan menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Pada umumnya bersifat anaerob fakultatif dengan suhu pertumbuhan optimal 36-37° C dan pH optimum 7. Untuk pertumbuhannya diperlukan kolesterol dan asam lemak rantai panjang, sedangkan sumber energi utama didapatkan dari glukosa atau arginin.
Koloni Kuman
Mikroorganisme ini mempunyai struktur yang sangat primitif dan merupakan prokariota yang paling kecil yang masih dapat melakukan self replication. Bersifat sangat pleomorf karena spesies ini tidak memiliki dinding sel peptidoglikan, ia memiliki tiga lapis membran sel yang menggabungkan senyawa sterol, mirip dengan sel-sel eukariotik. Mycoplasma pneumoniae merupakan bakteri gram negatif dengan ukuran panjang 1 mm - 2 μm dan lebar 0,1 mm - 0,2 μm, berbentuk bundar agak datar, pinggirnya bening (transculent), bagian tengah keruh dan granuler. Kuman tumbuh jauh ke dalam agar dan membentuk penampilan fried egg. Permukaan koloni dapat mengadsorpsi sel darah merah, membentuk zona hemolisis. Pertumbuhannya sangat lambat antara 5-10 hari atau lebih.
Epidemiologi
Infeksi M. Pneumoniae dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat endemik. Prevalensi kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada musim panas sampai ke awal musim gugur yang dapat berlangsung satu sampai dua tahun. Infeksi menyebar luas dari satu orang ke orang lain dengan percikan air liur (droplet) sewaktu batuk. Itulah sebabnya infeksi ini lebih mudah tersebar pada populasi penduduk yang padat.
Patologi
Baru sedikit informasi yang diperoleh mengenai gambaran histopatologi infeksi M. Pneumoniae ini pada manusia, penyakit ini jarang menyebabkan kematian. Pada beberapa kematian yang pernah dilaporkan, ditemui gambaran interstitial pneumonia dan bronkiolitis yaitu penebalan dinding bronkus karena edeme, penyempitan pembuluh darah, dan infiltrat dari mononuklear.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari Mycoplasma pneumoniae sangat bervariasi dari yang ringan hingga berat, bahkan ada yang dapat menimbulkan kematian, tetapi hal ini jarang ditemukan. Demam dan batuk merupakan manifestasi klinik yang biasanya terjadi, ditambah infeksi saluran pernapasan atas disertai myringitis, faringitis, bronkitis, atau kombinasi ketiganya. Namun terkadang juga sering terjadi manifestasi klinis lain, misalnya infeksi telinga kira-kira 20% terdiri dari otitis media, otitis externa dan bullous myringitis.
Komplikasi pulmonal yang paling sering terjadi adalah Pleural effusi ringan, sedangkan komplikasi berat menyebabkan bronkiolitis obliterans dan respiratori distress sindrom pada orang dewasa yang dapat menyebabkan kematian. Komplikasi gastrointestinal jarang terjadi, gejala ringan berupa diare, mual, muntah, dan anoreksia. Pada darah, hemolitik anemi dapat terjadi pada pasien yang memiliki titer Aglutinin dingin yang sangat tinggi, penurunan angka hematrokrit hingga 50% juga dapat terjadi pada minggu ke 2-3 perjalanan penyakit. Komplikasi pada kulit jarang terjadi dan bersifat sementara, terlihat rash yang bervariasi dari makular, vesikular, dan eritema multiforme mayor (Stevens-Johnson Symdrome)
Infeksi Mycoplasma pneumoniae pada kulit
Diagnosis
Secara umum, terdapat beberapa cara untuk mendiagnosis M. Pneumoniae pada pasien terinfeksi, namun hanya beberapa cara yang efektif. Gambaran radiologik paru dapat digunakan, tetapi tidak dapat digunakan sebagai patokan karena tidak ada kelainan yang patognomomik dan cepat membaik dalam waktu yang relatif singkat kurang dari seminggu. Pemeriksaan laboratorium dengan menghitung leukosit, namun biasanya leukosit penderita berada pada tingkat normal atau sedikit meninggi. Kemudian dapat pula dengan kultur dari sputum atau hapusan tenggorokan, namun diperlukan waktu 2-3 minggu hingga terdapat pertumbuhan kuman. Lalu dengan pemeriksaan serologik yang umum digunakan saat ini adalah pemeriksaan terhadap antibodi IgM spesifik, antibodi IgG spesifik, antibodi fluoresense, inhibisi pertumbuhan, fiksasi komplemen, dan Aglutinin dingin. Metode yang dipakai untuk pemeriksaan serologik adalah Efisa (Enzyme linked immunosorbent assay) atau EIA (Enzyme Immuno Assay). Namun dari semuanya, diagnosis M. Pneumoniae cepat dapat dilakukan dengan DNA probe test yang mempunyai sensitivitas 76% dan sensitivitas 91,7% dibandingkan dengan kultur.
Pengobatan
1. Antibiotika
M. Pneumoniae secara invitro memperlihatkan sensitivitas terhadap Eritromisin dan Tetrasiklin sebagai obat pilihan untuk infeksi M. Pneumoniae. Pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun, obat pilihan adalah Eritromisin, sedangkan Tetrasiklin tidak dianjurkan karena memiliki efek samping pada anak. Rincian dosisnya adalah sebagai berikut.
Dewasa dengan berat badan ≥ 26 kg :
Tetrasiklin 1000 mg/hari dibagi 4 dosis
Erotromisin 1500 mg/hari dibagi 4 dosis
Anak-anak dengan berat badan ≤ 25 kg :
Tetrasiklin 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis
Eritromisin 30-50 mg/kg BB/hari
Diberi selama 2-3 minggu
Pemberian obat di atas dalam jangka waktu pendek menunjukkan hasil yang baik, tapi mikroorganisme ini bisa tidak segera hilang dari sputum atau hapusan tenggorokan, sehingga dapat mempengaruhi fungsi paru di kemudian hari. Obat baru yang sekarang ini banyak dipakai adalah Roxytromycin, yang ternyata cukup efektif terhadap M. Pneumoniae dengan sedikit efek samping. Dosis yang diberikan 5-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis secara oral, diberikan selama 7-14 hari.
2. Simtomatik, yaitu :
a. Istirahat
b. Analgetik atau Antipiretik
c. Antitussive
d. Asupan cairan
Pencegahan
Tidak ada cara spesifik untuk mencegah pertumbuhan penyakit ini. Cara yang dapat ditempuh hanya berupa menjaga kebersihan diri, terutama kebiasaan mencuci tangan, serta menghindari kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Lay, Bibiana. W, dan Hastowo Sugoyo 1992. MIKROBIOLOGI. Jakarta : CV Rajawali.
Wheller dan Volk. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : P.T. Gelora Aksara Pratama
http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/12/bordetella-pertussis-batuk-rejan/
http://www.health.state.ny.us/diseases/communicable/legionellosis/fact_sheet.htm
http://www.cdc.gov/legionella/patient_facts.htm
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/148_16PemeriksaanSpesimenSerumDarah.pdf/148_16PemeriksaanSpesimenSerumDarah.html
http://www,wikipedia.org
Staf pengajar FK UI. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Binarupa Aksara. 1994.
http://www.bmb.leeds.ac.uk/mbiology/ug/ugteach/icu8/introduction/bacteria.html
http://www.who.int/immunization/REH_47_8_pages.pdf
http://emedicine.medscape.com/article/218271-overview
http://www.healthsystem.virginia.edu/UVaHealth/peds_infectious/hii.cfm
Staf pengajar FKUI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara: Jakarta
Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology. McGraw Hill
Staf pengajar FKUI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara: Jakarta
http://www.cdc.gov/ncidod/aip/research/spn.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Corynebacterium_diphtheriae
http://textbookofbacteriology.net/diphtheria_2.html
0 komentar:
Posting Komentar