Kamis, 03 Maret 2011

ASKEP PERITONIS GENERALISATA DGN RUPTUR HEPAR




PERITONITIS
 
PENGERTIAN
Peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa. 
 
ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
· Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
· Appendisitis yang meradang dan perforasi
· Tukak peptik (lambung / dudenum)
· Tukak thypoid
· Tukan disentri amuba / colitis
· Tukak pada tumor
· Salpingitis
· Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus µ dan b hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii.
2. Secara langsung dari luar.
· Operasi yang tidak steril
· Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.
· Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
· Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.

GEJALA DAN TANDA
·         Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis umum.
·         Demam
·         Distensi abdomen
·         Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.
·         Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya.
·         Nausea
·         Vomiting
·         Penurunan peristaltik.

PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma atau perforasi tumor, peritoneal diawali terkontaminasi material.
Awalnya material masuk ke dalam rongga  abdomen adalah steril (kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan dan pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar.

TEST DIAGNOSTIK
1.      Test laboratorium
·         Leukositosis
·         Hematokrit meningkat
·         Asidosis metabolik
2.      X. Ray
·         Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :
·         Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
·         Usus halus dan usus besar dilatasi.
·         Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.

PROGNOSIS
·         Mortalitas tetap tinggi antara 10 % - 40 %.
·         Prognosa lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari 48 jam.
·         Lebih cepat diambil tindakan lebih baik prognosanya.

LAPARATOMI

Pengertian
Pembedahan perut sampai membuka selaput perut.
Ada 4 cara, yaitu;
1.      Midline incision
2.      Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
3.      Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4.      Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.

Indikasi
1.      Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur Hepar.
2.      Peritonitis
3.      Perdarahan saluran pencernaan.(Internal Blooding)
4.      Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5.      Masa pada abdomen

Komplikasi
1.      Ventilasi paru tidak adekuat
2.      Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung.
3.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4.      Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

Latihan-latihan fisik
Latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.

POST LAPARATOMI

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.

Tujuan perawatan post laparatomi;
1.      Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2.      Mempercepat penyembuhan.
3.      Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
4.      Mempertahankan konsep diri pasien.
5.      Mempersiapkan pasien pulang.

Komplikasi post laparatomi;
1.      Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.
2.      Buruknya intergriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3.      Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka.
Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi.
Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.

Proses penyembuhan luka
·           Fase pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
·           Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.

·           Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.

·           Fase keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.

Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan
1.      Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.
2.      Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
3.      Pencegahan infeksi.
Pengembalian Fungsi fisik.
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi dini.
Mempertahankan konsep diri.
Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan terutama ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.
Pengkajian
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;
1.      Respiratory
·         Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
2.      Sirkulasi
·         Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
3.      Persarafan : Tingkat kesadaran.
4.      Balutan
·         Apakah ada tube, drainage ?
·         Apakah ada tanda-tanda infeksi?
·         Bagaimana penyembuhan luka ?
5.      Peralatan
·         Monitor yang terpasang.
·         Cairan infus atau transfusi.
6.      Rasa nyaman
·         Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
7.      Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.

Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
2.      Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
3.      Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.

Tindakan keperawatan post operasi:
1.      Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
2.      Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
3.      Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain tercabut.
4.      Perawatan luka operasi secara steril.

Evaluasi
1.      Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
·         Suhu tubuh normal
·         Nadi normal
·         Perut tidak kembung
·         Peristaltik usus normal
·         Flatus positif
·         Bowel movement positif
2.      Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
3.      Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.
4.      Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.
5.      Luka operasi baik.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.


ANALISA DATA

No.
Data
Penyebab
Masalah
1
D.S :
D.O :
-          frekwensi respirator diataur 16 dan frekwensi r/r 15
-          Secret hasil section ada, kental
Ekspansi paru menurun

Penumpukan sekret pada jalan nafas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2
D.S : -
D.O :
-          NGT terpasang u/ kumbah lambung
-          Terpasang infus D 5 dan PZ 0,9 %
Prosedur Tindakan invasif

Pemasangan endotracheal tube

Intake nutrisi makanan terganggu
Gangguan pemenuhan nutrisi makanan dan cairan
3
D.S : -
D.O :
-          Hasil USG ruptur hepar
-          DX Medis Peritonitis
-          Ada sayatan luka operasi di perut
Sayatan luka operasi diperut
Resiko infeksi


Intervensi Keperawatan

No/Tanggal
DX.Kep.
Tujuan/Kriteria
Intervensi
Rasional
1. 01-10-02
Gangguan bersihan jalan nafas b/d Ekspansi paru menurun

Gagguan jalan nafas teratasi
Kriteria :
-          Hasil suction secret tidak ada
-          Bunyi nafas rales
1.      Kaji bunyi nafas
2.      lakukan suctioan 2x sehari
3.      Observasi pernafasan lewat respiratori

U/Mengetahui suara nafas
Meperlancar sirkulasi oksigenasi
U/ Mengetahui perkembangan sistim respiratoni
2. 01-10-02
Gangguan pemenuhan nutrisi makanan b/d Prosedur Tindakan invasif

Pemenuhan nutrisi makanan tidak terganggu
Kriteria :
-          Endotrache tube tidak terpasang
-          NGT dilepas
-          Draen lub dicabut
-          Diet bubur
Observasi intake dan output nutrisi/ cairan infus
Kaji  keadaan elektrolit tubuh
Pemunuhan cairak dan elektrolit serta nutrisi

3. 01-10-02
Resiko infeksi b/d adanya sayatan operasi laparatomi

Resiko Infeksi tidak terjadi
Kriteria :
Luka kering
Suhu normal 36-37,5°c
Kaji tanda tanda vital

Rawat luka hari ke 5

Berikan obat sesuai tx Medis
U/Mengetahui munculnya infeksi
Mencegah kontaminasi kuman
Membunuh kuman penyebab infeksi


Implementasi / Evaluasi

No
Tgl / Jam
DX
Implementasi
Evaluasi
1
01-10-02
08.00



12.00
1
Mencatat hasil observasi pernafasan yaitu Tidal vol, Frek nafas
Melakukan suction dan kliping dada
Melakukan suction dan kliping dada

S : -
O : TV 460, R/R 16/15. Secret hasil suction kental
A : Bersihan jalan nafas  tidak efektif
P : Observasi jalan nafas dan R/R di lanjutkan
     Kliping dada dan suction dilanjutkan

2
01-10-02
08.00-13.00
2
Mencatat intake cairan infus d 5 an PZ sebanyak 2000 ml/ 24 jam (28 tts/mnt).
Mencatat produksi urine tiap jam dan total /24 jam
S : -
O : Intake 2000cc,
      Output urine 1560
      Output drain lub 420cc, Ciarna lambung 100 cc
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana dilanjutkan :
      Observasi intake dan output makanan san cairan

3
01-10-02
08.00-13.00

3
Mengobservasi Nadi, Suhu tubuh,
Merawat luka secara steril yaitu menggunakan hand shun,membukan balutan luka,membersihkan luka, memeriksa keadaan luka, mengobati luka dengan betadin, menutup luka dengan gaas steril dan diplester
Memberikan suntikan :
Sefotaxim igram IV, antrain 1 ampul IV, tranadol 100 mg IV,flagil 500 mg infus

S ; -
O : Nadi 100, suhu      37°c  Luka kering
A : Resiko infeksi tidak terjadi
P : Rencana antisipasi terhadap infeksi terus dilanjutkan


No
Tgl / Jam
DX
Implementasi
Evaluasi
1
02-10-02
08.00



12.00
1
Mencatat hasil observasi pernafasan yaitu Tidal vol, Frek nafas
Melakukan suction dan kliping dada
Melakukan suction dan kliping dada

S : -
O : TV 600 R/R 16/8. Secret hasil suction kental
A : Bersihan jalan nafas  tidak efektif
P : Observasi jalan nafas dan R/R di lanjutkan
     Kliping dada dan suction dilanjutkan

2
02-10-02
08.00-13.00
2
Mencatat intake cairan infus RL 1000 cc aminofusin, 1000cc 6 % HES/0,5 500cc.

Mencatat produksi urine tiap jam dan total /24 jam
S : -
O : Intake 3000cc,
      Output urine 1560
      Output drain lub 320cc, Ciarna lambung 70 cc
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana dilanjutkan :
      Observasi intake dan output makanan san cairan

3
02-10-02
08.00-13.00

3
Mengobservasi Nadi, Suhu tubuh,

Memberikan suntikan :
Sefotaxim igram IV, antrain 1 ampul IV, tranadol 100 mg IV,flagil 500 mg infus
S ; -
O : Nadi 100, suhu      37°c  Luka kering
A : Resiko infeksi tidak terjadi
P : Rencana antisipasi terhadap infeksi terus dilanjutkan



No
Tgl / Jam
DX
Implementasi
Evaluasi
1
03-10-02
14.00-19.00

15.00

17.00
1
Mencatat hasil observasi pernafasan yaitu Tidal vol, Frek nafas
Melakukan suction dan kliping dada
Melakukan suction dan kliping dada

S : -
O : TV 600, R/R 17/17. Secret hasil suction kental
A : Bersihan jalan nafas  tidak efektif
P : Observasi jalan nafas dan R/R di lanjutkan
     Kliping dada dan suction dilanjutkan

2
03-10-02
08.00-13.00
2
Mencatat intake cairan infus RL,Lasik infus dopamin
.
Mencatat produksi urine tiap jam dan total /24 jam
S : -
O : Intake 2000cc,
      Output urine 1600
      Output drain lub 100cc, Cairan lambung 40 cc
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana dilanjutkan :
      Observasi intake dan output makanan san cairan

3
03-10-02
14.00-19.00


17.00





19.00
3
Mengobservasi Nadi, Suhu tubuh,


Memberikan suntikan :
Sefotaxim I gram IV, antrain 1 ampul IV, Gastridin 1 ampul IV,Furosemid120 mg/24 jam,
Alinamin 1 ampul Nabic100 mg/24 jam, Dopamin 3 l /kgbb

S ; -
O : Nadi 100, suhu      37°c  Luka kering
A : Resiko infeksi tidak terjadi
P : Rencana antisipasi terhadap infeksi terus dilanjutkan


1 komentar:

Unknown mengatakan...

gmn download nya

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More