Selasa, 29 Maret 2011

MAKALAH TENTANG MEMPRAKTEKKAN PROGRAM KIE DALAM PELAYANAN KB

1. DEFINISI KIE

Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung/tidak langsung melalui saluran komunikasi kpd penerima pesan u/ mendapatkan efek.

Komunikasi kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku positif dimasyarakat, dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi baik menggunakan komunikasi pribadi maupun komunikasi massa.

Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui masy (pesan yang disampaikan).

Edukasi adalah proses perubahan perilaku ke arah yang positif. Pendidikan kesehatan merupakan kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan.

2. TUJUAN KIE

Tujuan dilaksanakannya Program KIE, yaitu :

1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru

2. Membina kelestarian peserta KB

3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan

4. Mendorong terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang positif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung jawab

3. JENIS KEGIATAN KIE

a. KIE Individu : Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan individu sasaran program KB.

b. KIE Kelompok : Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan kelompok (2-15 orang)

c. KIE Massa: Suatu proses KIE tentang program KB yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar.

4. PRINSIP LANGKAH KIE

Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah:

a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah

b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu sebagaimana adanya

c. Memberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami

d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari

e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaaan dan resiko yang dimiliki ibu

5. KONSELING

A. Definisi Konseling

Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002).

Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.

Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang.( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996).

Jadi konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan”.

B. TUJUAN KONSELING

1) Meningkatkan penerimaan Informasi

Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan komunikasi non-verbal meningkatkan penerimaan informasi mengenai KB oleh klien

2) Menjamin pilihan yg cocok

Menjamin petugas dank lien memilih cara terbaik yang sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien

3) Menjamin penggunaan yg efektif

Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana menggunakan KB dengan benar dan mengatasi informasi yang keliru tentang cara tersebut

4) Menjamin kelangsungan yang lebih lama

Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara tersebut, mengetahui cara kerjanya dan mengatasi efeksampingya

C. JENIS KONSELING

Komponen penting dalam pelayanan KB dibagi 3 tahapan yaitu :

1) Konseling Awal

– Bertujuan menentukan metode apa yg diambil

– Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membentu klien untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya

– Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini :

• Menanyakan langkah yg disukai klien

• Apa yg diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan dan kekurangannya

2) Konseling Khusus

– Memberi kesempatan k/ untuk bertanya ttg cara KB dan membicarakan pengalamannya

– Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yg diinginkannya

– Mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang cocok dan mendapatkan penerangan lebih jauh tentang penggunaannya

3) Konseling Tindak Lanjut

– Konseling lebih bervariasi dari konseling awal

– Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yg serius yang memerlukan rujukan dan masalah yang ringan yang dapat diatasi di tempat

D. prinsip konseling kb

Prinsip konseling KB meliputi:

· percaya diri / confidentiality

· Tidak memaksa / voluntary choice;

· Informed consent;

· Hak klien / clien’t rights dan

· Kewenangan / empowerment.

E. keuntungan konseling kb

Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:

o Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.

o Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.

o Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.

o Membangun rasa saling percaya.

o Mengormati hak klien dan petugas.

o Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.

o Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

Hak Pasien

Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut: a) Terjaga harga diri dan martabatnya. b) Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan. c) Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan. d) Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik. e) Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan. f) Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.

F. KONSELING KB DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan menggunakan :

1. Motivasi

2. Edukasi / pendidikan

3. Konseling

Motivasi

Motivasi pada pasien KB meliputi: Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien; Menggunakan komunikasi satu arah; Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.

Pendidikan KB

Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai berikut: Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia; Menyediakan informasi terkini dan isu; Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah; Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa; Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

Konseling KB

Konseling KB antara lain: Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan; Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi; Membantu klien membuat pilihan sendiri.

Peran Konselor KB

Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada pelayanan keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas seorang konselor adalah sebagai berikut:

a) Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.

b) Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia.

c) Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan Persetujuan Tindakan Medik.

Ciri Konselor Efektif

1. Memperlakukan klien dengan baik.

2. Berinteraksi positif dalam posisi seimbang.

3. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.

4. Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan metode konstrasepsi.

5. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya.

6. LANGKAH – LANGKAH DALAM KONSELING

Teknik Konseling Gallen dan Leitenmaier, 1987

1) Teknik konseling menurut Gallen dan Leitenmaier (1987), lebih dikenal dengan GATHER yaitu:

G : GREET

Berikan salam, kenalkan diri dan buka komunikasi

A : ASK

Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/ kebutuhan sesuai dengan kondisi yang dihadapi?

T : TELL

Beritahukan persoalan pokok yg dihadapi pasien dari hasil tukar informasi dan carikan upaya penyelesaiannya

H : HELP

Bantu klien memahami & menyelesaikan masalahnya

E : EXPLAIN

Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat/ diobservasi)

R : REFER/RETURN VISIT

Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai. Buat jadwal kunjungan Ulang)

2) Langkah Konseling KB SATU TUJU

Langka SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena menyesuaikan dengan kebutuhan klien.

SA : Sapa dan salam

  • Sapa klien secara terbuka dan sopan
  • Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi pasien
  • Bangun percaya diri pasien
  • Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

T : Tanya

• Tanyakan informasi tentang dirinya

• Bantu klien pengalaman tentang KB dan kesehatan reproduksi

• Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan

U : Uraiakan

• Uraikan pada klien mengenai pilihannya

• Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain

TU : BANTU

• Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya

• Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya

J : Jelaskan

• Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya.

• Jelaskan bagaimana penggunaannya

• Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi

U : Kunjungan Ulang

• Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

  1. Tahapan konseling dalam pelayanan KB

• Tahapan Konseling dalam pelayanan KB dapat dirinci dalam tahapan sebagai berikut : KIE Motivasi  Bimbingan  Rujukan  KIP/K  yan. Kontrasepsi  Tindak lanjut

1) KEGIATAN KIE

a) Sumber informasi pertama tentang jenis alat/ metode KB dari petugas lapangan KB

b) Pesan yang disampaikan :

  • Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga
  • Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang kaitannya dengan cara kerja dan metode kontrasepsi)
  • Jenis alat/metode kontrasepsi, cara pemakaian, cara kerjanya serta lama pemakaian

2) Kegiatan Bimbingan

a) Tindak lanjut dari kegiatan KIE dengan menjaring calon peserta KB

b) Tugas penjaringan : memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi lebih objektif, benar dan jujur sekaligus meneliti apakah calon peserta memenuhi syarat

c) Bila iya  rujuk ke KIP/K

3) Kegiatan Rujukan

a) Rujukan calon peserta KB, utk mendapatkan pelayanan KB

b) Rujukan peserta KB, untuk menindaklanjuti komplikasi

4) Kegiatan KIPK/K

Tahapan dalam KIP/K

a) Menjajaki alasan pemilihan alat

b) Menjajaki aa klien sudah mengetahui/ paham ttg alat kontrasepsi tsb

c) Menjajaki klien tahu/tdk alat kontrasepsi lain

d) Bila belum, berikan informasi

e) Beri klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya kembali

f) Bantu klien mengambil keputusan

g) Beri klien informasi, apapun pilihannya, klien akan diperiksa kesehatannya

h) Hasil pembicaraan akan dicatat pada lembar konseling

5) Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi

a) Pemeriksaan kesehatan : anamnesis dan Px. Fisik

b) Bila tidak ada kontra indikasi  pelayanan kontrasepsi dapat diberikan

c) Untuk kontrasepsi jangka panjang perlu inform consent

6) Kegiatan Tindak Lanjut

a) Petugas melakukan pemantauan keadaan peserta KB dan diserahkan kembali kepada PLKB

7) Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Konseling

Hal yang harus diperhatikan dalam konseling adalah :

1. Iklim psikologis, suasana percakapan : Iklim psikologis, tindakan, perilaku, sikap dari orang lain yang mempunyai dampak terhadap diri kita. Contoh : bidan otoriter kepada klien -> feed back negatif.

2. Sikap Konselor (Bidan) menurut “Rogers”, yaitu :

a) Acceptance(Menerima) : Konselor menunjukkan sikap menerima, sehingga konseli merasa tidak ditolak, diacuhkan, didikte, tapi melainkan konseli merasa bahwa ia diterima sebagai dirinya sendiri. Terima klien dengan sikap terbuka dan apa adanya. Konselor memperhatikan tanpa pamrih, tanpa menguasai klien. Tulus dan ikhlas. Konselor harus menghargai konseli, apapun yang dikatakan konseli. Beri kesempatan pada klien untuk mengemukakan keluhan-keluhannya.

b) Sikap tidak menilai

c) Sikap percaya terhadap konseli

3. Alam pikiran dari konseli ?dilihat dari dalam diri konseli sendiri

4. Situasi konseling, persamaan persepsi sampai mendapat pengertian.

I. Faktor Penghambat Konseling

8) Faktor penghambat dalam konseling antara lain :

1. Faktor individualKeterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :

a) faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks;

b) sudut pandang terhadap nilai-nilai;

c) faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status sosial;

d) bahasa.

2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi,

a) tujuan dan harapan terhadap komunikasi;

b) sikap terhadap interaksi;

c) pembawaan diri terhadap orang lain;

d) sejarah hubungan.

3. Faktor situasional

4. Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah : (a) kegagalan informasi penting; (b) perpindahan topik bicara; (c) tidak lancar; (d) salah pengertian.

9) Hasil Pelayanan Konseling Kebidanan

Harapan bidan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien dalam :

1) Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan pemecahan masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.

2) Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan.

3) Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

4) Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan.

Informed Choice

Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya / keluarganya; Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh klien; Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia.

Informed Consent

Informed consent adalah :

o Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.

o Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.

o Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya).

Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) berisi tentang kebutuhan reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan; ada penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik tersebut; standar prosedur yang akan dilakukan dan upaya untuk menghindarkan risiko; klien menyatakan mengerti tentang semua informasi tersebut diatas dan secara sadar memberikan persetujuannya.

Informed consent juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai berikut :

o Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar telah memberikan persetujuan terhadap tindakan medik.

o Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan persetujuan (atau sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus / tertentu.

o Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam memberikan persetujuan tetapi secara hukum, hal tersebut hanya merupakan persetujuan terhadap konsekuensi biaya dan pemahaman risiko (yang telah dijelaskan sebelumnya) yang mungkin timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan.

 

REFERENSI

Arjoso, S. 2005. Rencana Strategis BKKBN.
Affandi, B., 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta.
Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
NRC-POGI, 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.
www. bkkbn.go.id

sii, dina (2010), Kependudukan: Blog, Online http://warnawarnidina.blogspot.com/2010/10/kependudukan-dan-mobilitas-sosial.html [diakses 21 MARET 2011].
loebis, rapami (2010), Kependudukan: Blog, Online http://loebis-qoa.blogspot.com/2010/10/kependudukan.html [diakses 21 MARET 2011]

Febrina, 2008. Pengertian KIP/K (Komunikasi Inter Personal/ Konseling), dipos 8 Februari : 19.41 WIB.
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.
Uripni, Sujianto, Indrawati, 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

GG Bsa dicopy

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More