PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pandangan bagaimana kualitas saat ini, melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dari para praktisi, klien, keluarga dan dokter. Saat mendifinisikan kualitas asuhan keperawatan, perlu dipertimbangkan nilai-nilai dasar dan keyakinan pada perawat serta cara mengorganisasi asuhan keperawatan tersebut. Intinya latar belakang dalam pemberian tugas dalam mutu asuhan yang beroritentasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawatan yang berlatar belakang pemberian keperawatan primer. Dalam sistem yang berdasarkan kebutuhan namun berorientasi pada tugas, jarang tersedia waktu untuk jenis keperawatan yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode keperawatan hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya masalah interpersonal dan kontekstual yang berkaitan dengan mutu asuhan.
Pilihan antara pendekatan yang berdasar pada kebutuhan ataupun pendekatan yang bersifat saling mempengaruhi bergantung pada luasnya model keperawatan yang diikuti yaitu Model Praktek Keperawatan Profesional Primer. Model keperawatan ini adalah upaya untuk membentuk suatu kerangka kerja yang jelas bagi konsep keperawatan dan untuk menggambarkan hubungan antara perawat, klien, dan lingkungan kesehatannya. Dalam praktik keperawatan model ini dapat digunakan untuk membentuk alat-alat pengkajian, rencana asuhan, impelemntasi dan kriteria hasil akhir.
Salah satu kritik yang dikemukakan mengenai model keperawatan ini adalah terlalu kompleks dan teoritis. Akan tetapi, “bila seluruh pembicaraan mengenai model ini mendorong para perawat untuk memperjelas keyakinan dalam pekerjaannya, meningkatkan kemampuannya dalam mendiskusikan masalah yang melibatkan sikap politis dan pribadi yang lebih terbuka, dan membantu para perawat tersebut untuk lebih bertanggung gugat secara profesional terhadap tindakannya, maka kita telah mendapatkan sesuatu “ (Salvage, 1985).
Keperawatan primer dilihat sebagai bentuk yang paling berkembang dan sangat spesifik terhadap tingkatan tanggung gugat dan organisasi. Keperawatan primer merupakan suatu model praktek profesional yang menempatkan seorang perawat berkualitas untuk bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan klien dengan beban kasusu yang kecil selama keseluruhan masa perawatannya. Pada kenyataannya banyak area klinik tidak mempunyai jumlah tenaga profesional yang cukup untuk melaksanakan pendekatan semacam ini. Dalam situasi yang telah disebutkan sebelumnya pada kelompok Penerapan MPKP di ruang bedah G II Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, bentuk murni keperawatan ini terlihat seperti suatu tujuan jangka panjang bukan suatu hasil akhir realitas yang segera.
2. Tujuan
2.1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan bagaiman suatu model praktek keperawatan profesional dapat berkontribusi dalam praktik keperawatan yang baik.
2.2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik manajemen keperawatan diharapkan :
a. Menjelasakan sistem pengorganisasian perawatan
b. Menjelaskan bagaimana suatu model praktek keperawatan dapat berkontribusi dalam pelayanan asuhan keperawatan .
c. Menganalisa tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan yang menyediakan prinsip pedoman untuk praktik dan keyakinan keperawatan
d. Menggambarkan dan mengidentifikasi peran dan fungsi perawat
e. Melaksanakan sistem pendokumentasian keperawatan yang efektif.
f. Memperlihatkan rasa tanggung gugat dan tanggung jawab dalam menentukan aspek perawatan pada klien.
g. Berkomunikasi dengan rekan sejawat dan rekan kerja dalam disiplin ilmu lain sebagai hasil dari aktivitas yang telah dianalisis.
3. Alokasi Waktu
Penyelenggaraan Model Praktek Keperawatan Profesional Primer yang dilaksanakan oleh kelompok 2 a Gerbong II di ruang Bedah G II rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya terhitung mulai tanggal 27 Agustus 2001 sampai dengan 21 September 2001.
4. Alokasi Tempat
Adapun tempat pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional Primer adalah di Ruang Bedah G II Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya.
5. Pengorganisasian
Pembimbing : Nursalam, M.Nurs (Hons)
Purwaningsih, S.Kp
Arif Wijaya, S.Kp
Siti Guntarlin, SKM
Sumiatun
I Made Saderu
Obet Sugianto, SKM
Ketua : Nindawi
Sekretaris : Anas Tamsuri
Bendahara : Cicilia Wahyu Djajanti
Anggota : Ahmad Hariyanto
Bambang Heriyanto
Dewi Maryam Faqih
Emi Agustina
6. Pendanaan dan Sumber Materi
Pendanaan dalam penyelenggaraan Model Praktek Keperawatan Profesional Primer ini bersumber dari intern kelompok yang dalam pengelolaanya berdasarkan kebutuhan, akomodasi, kelengkapan pelaksanaan dan pelaporan.
7. Penutup
Demikian laporan ini dibuat, atas perhatian, kritik dan saran dari berbagai fihak diucapkan terimakasih.
Kelompok VI
1. PENGKAJIAN
1.1 Pengkajian Lingkungan Kerja
Lingkungan/unit kerja penerapan proses manajerial keperawatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran manajemen mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan adalah ruang bedah G II dengan kapasitas tempat tidur 9 buah.
Berdasarkan tinjauan terhadap laporan statistik bulanan yang berhasil dihimpun; pada satu bulan terakhir tercatat : Jumlah Pasien yang masuk dalam jangka satu bulan sebesar 20 orang dengan laju penggunaan tempat tidur (Bed Occupation Rate) sebesar 96,00 %. Tingkat ketergantungan klien diruang bedah G II pada satu bulan terakhir (tanggal 31 Juli s.d 24 Agustus 2001) rata-rata sebesar 1,80 (2) pada pagi hari, kebutuhan sore hari sebesar 1,30 (1) dan pada malam hari sebesar 0,83 (1). Secara umum kasus yang ditangani di ruang bedah G II adalah klien yang mengalami gangguan sistem Gastrointestinal serta gangguan/trauma kepala dan leher dengan tindakan medik utama operatif (klien dalam masa intraoperatif).
Data tentang klien secara umum dalam satu bulan terakhir adalah sbb :
Kondisi umum ruangan serta fasilitas fisik yang terdapat dalam ruang bedah G II adalah sebagai berikut :
Denah Ruangan
Disamping terdapatnya ruangan diatas, klien dan keluarganya juga mendapatkan fasilitas kamar kecil umum yang terletak sekitar 20 meter dibelakang ruang rawat inap G II. Seluruh klien dan keluarganya berhak untuk menggunakan sarana diatas.
Ruang petugas kesehatan meliputi ruang kantor dan administrasi; ruang perawat (nurse station), dan ruang tunggu/ruang observasi yang terletak diantara ruang G I dan ruang G II. Selain itu fasilitas lain yang tersedia bagi petugas kesehatan adalah ruang ganti perawat pria dan wanita dan kamar kecil khusus perawat.
Adapun alat perawatan yang ada di rumah sakit (khusus ruang bedah G I dan G II) adalah sebagai berikut :
1. Dressing Chart 3 set
2. Gunting Plaster 1 buah
3. Sarung tangan 3 pasang
4. Bengkok 2 buah
5. Urinal 4 buah
6. Pot 2 buah
7. dll
Berdasarkan contoh diatas maka tampak bahwa alat perawatan kurang sesuai dengan standar (terlampir)
1.2 Pengkajian tingkat tenaga
Tingkat tenaga keperawatan yang dapat diidentifikasi adalah :
- rata-rata dua orang perawat ruangan untuk bertanggungjawab di ruang bedah G I dan G II dengan tingkat pendidikan Akademi Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan. Ditunjuk sebagai ketua tim keperawatan unit bedah G II adalah Bp. Agus Sugiarto.
- Tujuh mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan
- Latar belakang dari seluruh personel yang dapat diidentifikasi dari kelompok mahasiswa adalah :
w Tiga orang berlatar pengalaman sebagai perawat pelaksana, dengan peminatan keperawatan medikal bedah dua orang dan satu orang dengan peminatan keperawatan maternitas.
w Empat orang berlatar pengalaman sebagai perawat pendidik; dengan peminatan ilmu medikal bedah.
- Input lain sekitar ketenagaan seperti arsip/catatan personalia; evaluasi terhadap prestasi dan catatan kedisiplinan belum dapat dinilai secara obyektif.
Berdasarkan laporan penyelenggaraan model praktek keperawatan profesional yang diselenggarakan oleh kelompok sebelumnya; maka tampak bahwa jumlah tenaga yang ada telah lebih dari yang dibutuhkan dan memungkinkan untuk diselenggarakannya model praktek keperawatan profesional. Pertimbangan ini dengan tanpa melihat kesiapan sarana yang menunjang penyelenggaraan perawatan.
1.3 Analisa Penyelenggaraan Perawatan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap perawat dan klien serta keluarganya; didapatkan data senjang seputar penyelenggaraan perawatan sebagai berikut :
¯ Beberapa klien menyatakan kurang mendapatkan informasi seputar masalah kesehatan yang dialaminya
¯ Sebagian besar klien memiliki luka post operasi; tetapi belum terdapat pola terpadu (petunjuk terencana) dalam pemberian informasi/pendidikan kesehatan seputar perawatan luka
¯ Sebagian besar klien tidak mendapatkan informasi seputar resiko immobilisasi dan diit secara gamblang
¯ Obat peroral maupun parenteral dibawa oleh keluarga, pemberian obat oral diatur sendiri oleh keluarga
¯ Pendokumentasian keperawatan yang diselenggarakan oleh kelompok sebelumnya menggunakan format yang dikreasi oleh kelompok dan kurang memanfaatkan lembar dokumentasi keperawatan yang telah disediakan oleh rumah sakit.
Tinjauan secara khusus terhadap kondisi ruang rawat dianalisis dengan menggunakan SWOT analisys yaitu :
1.3.1 Strength
þ Adanya visi dan misi rumah sakit
þ Jumlah Sumber daya manusia yang memadai
þ Merupakan rumah sakit Tipe A sekaligus rumah sakit pendidikan
þ Terdapat standar asuhan keperawatan dan standar operasional Perawatan
þ Ruang rawat dalam satu ruang utuh; tidak bercampur dengan ruang lain sehingga memudahkan pengkoordinasian dan pemantauan dalam pemberian layanan asuhan keperawatan.
þ Ruang rawat memiliki kapasitas tempat tidur permanen dan dikhususkan bagi klien dengan masalah kesehatan tertentu
þ Ruang rawat memiliki fasilitas perawatan khusus
þ Ruang rawat dipimpin oleh satu kepala tim (diterapkan metode tim)
þ Ruang rawat telah digunakan sebagai ruang ujicoba penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional sebelumnya.
þ Telah tersedianya berbagai format pengkajian sampai evaluasi keperawatan
þ Dukungan dari seksi keperawatan, kepala ruangan dan dari perawat pelaksanan untuk melaksanakan penerapan model praktek keperawatan profesional.
1.3.2 Weakness
þ Kualitas tenaga keperwatan belum memenuhi spesifikasi syarat profesional
þ Peralatan perawatan masih tergabung dengan ruang G I dan belum memenuhi standar
þ Pengelolaan obat-obatan yang masih ditangani keluarga klien
þ Pendokumentasian proses keperawatan belum optimal
þ Tata tertib pasien dan pengunjung belum sepenuhnya dapat dipenuhi
þ Pengelolaan manajemen keuangan dan obat masih dibawah kontrol klien dan keluarga
þ Kurangnya program pembelajaran dalam kegiatan keperawatan
þ Kebijakan yang tidak menguntungkan profesi keperawatan
1.3.3 Opportunity
þ Terdapatnya pendidikan tinggi keperawatan yang menyelenggarakan praktek penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional di ruang Bedah G.
þ Adanya kepuasan dari penyelenggaraan MPKP pada periode 31 Juli – 25 Agustus 2001.
þ Tidak terdapat keluhan dari klien maupun tenaga kesehatan lain terhadap penyelenggaraan MPKP pada periode 31 Juli – 25 Agustus 2001.
þ Dukungan dan support dari unsur perawat pelaksana
þ Kerjasama yang baik antara mahasiswa dan perawat klinik
1.3.4 Treathened
þ Adanya persepsi tiap tenaga perawat yang tidak sama dalam mensikapi penyelenggaraan Model Praktek Keperawatan Profesional
þ Kompensasi yang kurang memadai bagi jasa keperawatan
2. PERENCANAAN
2.1 Pengorganisasian
Berdasarkan analisa situasi lingkungan tempat aplikasi model praktek keperawatan profesional; maka kelompok mahasiswa membuat tim kerja sebagai berikut :
Ketua : Nindawi
Sekretaris : Anas Tamsuri
Bendahara : Cicilia Wahyu Djajanti
Anggota : - Emi Agustina
- Dewi Maryam Faqih
- Ahmad Hariyanto
- Bambang Heriyanto
Susunan kepanitian ini bersifat permanen selama praktek manajemen keperawatan dan berfungsi dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal seputar teknis penyelenggaraan kegiatan manajemen yang bersifat umum.
Untuk selanjutnya; khusus dalam pengelolaan ruang rawat; maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Asosiet
Adapun penetapan tugas perawat diatas dengan mempertimbangkan visi dan misi rumah sakit, hasil penyelenggaraan MPKP sebelumnya, kekuatan sumber daya yang ada dan sarana yang telah diidentifikasi pada pengkajian sebelumnya. Lebih lanjut hal ini akan dibahas dalam bab .
2.2 Pengaturan Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan diatur sebagai berikut :
Minggu I :
- Pembuatan kelompok
- Analisa Situasi
- Penyusunan Program kerja : Penerapan MPKP dan Sentralisasi Obat
- Pembuatan Jadwal dan Rancangan Pembagian Peran dalam Penerapan MPKP
- Penyiapan lembar dokumentasi keperawatan
- Sosialisasi Penyelenggaraan MPKP
- Uji Coba penerapan MPKP
Minggu II :
- penerapan MPKP : Aplikasi Peran, Pendelegasian Tugas dan proses dokumentasi keperawatan
- Penyelenggaraan Ronde Keperawatan
- Persiapan Sentralisasi Obat
- Persiapan Penyelenggaran rotasi dinas 24 Jam
Minggu III :
- Penerapan MPKP : Aplikasi Peran, Pendelegasian Tugas dan Proses dokumentasi Keperawatan
- Penerapan Sentralisasi Obat
Minggu IV :
- Evaluasi Penerapan MPKP
- Evaluasi Formatif mahasiswa
- Persiapan Seminar
- Penyusunan Laporan
Gann Chart kegiatan
MINGGU I | MINGGU II | MINGU III | MINGGU IV | ||||||||||||||||||
KEGIATAN | 24 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 |
Pembuatan organisasi kelompok | V | ||||||||||||||||||||
Orientasi ruangan dan perkenalan | V | V | |||||||||||||||||||
Analisa situasi ruangan | V | ||||||||||||||||||||
Bimbingan dan pengarahan dari : - Pembimbing ruangan - Pembimbing seksi perawatan - Pembimbing akademik | V | V V | V V | V V V | V V | V V | V | V | V V V | V | V | V V | V | V | V | V | V | V | V | V | V |
Penyusunan progam kerja : - Prop. penyelenggaraan MPKP - Proposal sentralisasi obat | V V | ||||||||||||||||||||
Pembuatan jadual dan rancangan pembagian peran | V | V | |||||||||||||||||||
Pembuatan sistem pen-dokumentasian keperawatan | V | V | V | V | V | ||||||||||||||||
Sosialisasi program kerja | V | ||||||||||||||||||||
Uji coba aplikasi peran | V | V | |||||||||||||||||||
Aplikasi peran | V | V | V | V | V | V | V | V | V | V | V | V | V | V | V | V | V | ||||
Ronde Keperawatan : - Persiapan ronde - Pelaksanaan dan evaluasi | V | V | V | V | |||||||||||||||||
Sentralisasi obat : - Persiapan, sosialisasi dan sistem atau cara kerja - Pelaksanaan - Evaluasi dan analisa | V | V | V V | V | V | V | V | ||||||||||||||
Formatif mahasiswa | V | ||||||||||||||||||||
Pelaksanaan dinas shif | V | V | V | V | |||||||||||||||||
Seminar : - Persiapan seminar - Penyusunan bahan seminar - Penyusunan laporan | V V | V | V | V | V | V |
2.3 Persiapan Penyelenggaraan Asuhan Keperawatan
Penanggung Jawab : Nindawi
Deskripsi
Termasuk dalam perencanaan penyelenggaraan asuhan keperawatan meliputi penetapan model praktek keperawatan profesional yang digunakan dalam praktek manajemen, pembagian peran dan penetapan deskripsi tugas sekaligus pengaturan jadwal (pembagian tenaga).
2.4 Persiapan Pendokumentasian
Penanggungjawab : Anas Tamsuri
Deskripsi
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara lain format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proses keperawatan, Termasuk dalam persiapan meliputi penyiapan petunjuk teknis pengisian format dan atau pendokumentasian.
2.5 Persiapan Sentralisasi Obat
Penangung jawab : Cicilia Wahyu Djajanti
Deskripsi
Kegiatan sentralisasi meliputi pembuatan strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan dan membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat.
2.6 Persiapan penyelenggaraan Ronde
Penanggung jawab : Bambang Heriyanto
Deskripsi
Persiapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan ronde meliputi penentuan klien yang akan dijadikan subyek ronde; penentuan strategi ronde sekaligus menghubungi fihak-fihak terkait dalam penyelenggaraan ronde; termasuk pembuatan dokumentasi hasil ronde
2.7 Persiapan Evaluasi
Penanggung jawab : Anas Tamsuri
Deskripsi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatan secara umum.
3. PELAKSANAAN
3.1 Penyelenggaraan Asuhan Keperawatan
Data jumlah klien dan tingkat ketergantungan :
Hari ke | Klasifikasi | Jumlah Klien | Kebutuhan Perawat | BOR Harian | ||||
Min | Intermd | Total | Pagi | Siang | Malam | |||
1 | 2 | 5 | 2 | 9 | 2,41=2 | 1,63=2 | 0,95=1 | 100% |
2 | 2 | 5 | 2 | 9 | 2,41=2 | 1,63=2 | 0,95=1 | 100% |
3 | 2 | 5 | 2 | 9 | 2,41=2 | 1,63=2 | 0,95=1 | 100% |
4 | 2 | 5 | 2 | 9 | 2,41=2 | 1,63=2 | 0,95=1 | 100% |
5 | 1 | 4 | 3 | 8 | 2,33=2 | 1,64=2 | 1,18=1 | 88,9% |
6 | 0 | 6 | 3 | 9 | 2,70=3 | 1,80=2 | 1,32=1 | 100% |
7 | 1 | 6 | 2 | 9 | 2,51=3 | 1,64=2 | 1,02=1 | 100% |
8 | 2 | 3 | 4 | 9 | 2,59=3 | 1,93=2 | 1,41=1 | 100% |
9 | 2 | 4 | 3 | 9 | 2,50=3 | 1,78=2 | 1,18=1 | 100% |
10 | 2 | 3 | 4 | 9 | 2,59=3 | 1,93=2 | 1,41=1 | 100% |
11 | 3 | 3 | 3 | 9 | 2,40=2 | 1,77=2 | 1,11=1 | 100% |
12 | 1 | 4 | 3 | 8 | 2,33=2 | 1,64=2 | 1,18=1 | 88,9% |
13 | 2 | 6 | 1 | 9 | 2,32=2 | 1,48=1 | 0,72=1 | 100% |
14 | 3 | 4 | 1 | 8 | 1,95=2 | 1,32=1 | 0,58=1 | 88,9% |
15 | 3 | 4 | 2 | 9 | 2,31=2 | 1,62=2 | 0,88=1 | 100% |
Rata2 | 2,411=2 | 1,671=2 | 0,99=1 | 97.8 % |
Mengacu pada visi dan misi RSUD Dr. Soetomo surabaya; penilaian terhadap potensi tenaga perawatan yang ada serta sarana yang telah tersedia; ditunjang dengan adanya penerapan MPKP oleh kelompok sebelumnya dengan didukung data statistik bulanan; maka selanjutnya diputuskan untuk menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional Primer dengan pertimbangan :
1. Tenaga diprediksi cukup untuk penyelenggaraan MPKP Primer
2. Adanya kenyataan telah mampu diselenggarakan MPKP Primer sebelumnya
3. Adanya hasil kepuasan klien terhadap penyelenggaraan MPKP Primer dari kelompok sebelumnya
4. Sarana masih memungkinkan untuk menyelenggarakan MPKP Primer
Dengan penetapan MPKP Primer oleh kelompok pada tanggal 26 Agustus 2001; maka selanjutnya peran tenaga keperawatan dibagi dalam kategori : kepala ruangan, perawat primer dan perawat asosiet. Adapun penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien sebagaimana terlampir pada lampiran 3.
Berdasarkan pada pertimbangan jumlah pasien 9 0rang dan jumlah tenaga perawat sebanyak 7 orang maka pengaturan tenaga dibuat sebagai berikut :
Adapun jadwal rotasi peran terlampir dalam lampiran 4.
Selanjutnya; Proses penyelenggaraan peran dibantu oleh perawat ruangan sebanyak tiga orang (sesuai dengan jadwal dinas) ; sehingga skema diatas berubah menjadi :
Untuk selanjutnya susunan kepanitiaan inilah yang digunakan dalam penerapan MPKP Primer di ruang G II RSUD Dr. Soetomo Surabaya
3.2 Dokumentasi Keperawatan
Proses pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilaksanakan selama satu periode dinas ternyata mengalami beberapa kali perubahan dan perombakan dan bahkan terdapat masalah-masalah teknis yang hingga saat ini belum dapat dituntaskan.
Pada minggu pertama penyelenggaraan praktik manajemen di ruang Bedah G; dikonsep sebuah format yang dimodifikasi dari format yang digunakan oleh kelompok sebelumnya. Perubahan lebih diarahkan pada tanpilan format dan sedikit sekali mengubah isi format pengkajian. Pengubahan tampilan format ini dimaksudkan untuk menjadikan format lebih sedikit menggunakan kertas. Hasil didapat adalah format pengkajian sebanyak tiga halaman dari yang sebelumnya sebanyak tujuh halaman tanpa ada perubahan isi.
Selanjutnya seluruh bentuk format pendokumentasian disamakan dengan kelompok sebelumnya. Alasan penggunaan format kelompok sebelumnya adalah karena format pendokumentasian dari kelompok sebelumnya telah lebih simpel dan untuk menghindari “trial and error” sehingga proses penyelenggaraan kegiatan praktik manajemen menjadi lebih efektif.
Hasil gubahan format pendokumentasian dari kelompok sebelumnya adalah (contoh bentuk format terlampir):
Dokumentasi Keperawatan I (DK 1) : Pengkajian
Dokumentasi Keperawatan II (DK 2) :Daftar Diagnosa Keperawatan (Sesuai Prioritas)
Dokumentasi Keperawatan III (DK 3) : Rencana Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan IV (DK 4) : Catatan Harian Perawatan
Dokumentasi Keperawatan V (DK 5) : Resume Keperawatan
Pada tanggal 28 Agustus 2001; timbul pemikiran untuk menggunakan/ mengaplikasikan penggunaan format yang telah dimiliki oleh RSUD Dr. Soetomo. Dari hasil pembicaraan dengan pembimbing klinik disepakati untuk ‘mencoba’ menggunakan format RSUD Dr. Soetomo sekaligus melakukan evaluasi ke dalam penerapan dokumentasi tersebut. Dari hasil kesepakatan ditetapkan :
1. Dokumentasi Keperawatan I (DK 1) tidak menggunakan format dari mahasiswa tetapi menggunakan format dari rumah sakit. Data yang kurang atau tidak lengkap dalam pengkajian ditulis dalam lembar kosong yang diletakkan setelah Format pengkajian.
2. DK 2 tetap digunakan.
3. DK 3 selanjutnya dianulir untuk kemudian digunakan lembar Rekaman Asuhan Keperawatan. Perencanaan yang diisikan dalam lembar Rekaman Asuhan Keperawatan adalah masalah prioritas.
4. DK 4 selanjutnya diganti dengan menggunakan Lembar DMK 7
5. DK 5 selanjutnya diganti dengan Resume Keperawatan dari RSUD Dr. Soetomo.
Pada tanggal 2 September 2001, pada pertemuan evaluasi sementara penggunaan format dari rumah sakit ditemukan beberapa kendala :
1. Banyak aspek yang tidak dapat termuat dari format pengkajian yang ada; sementara penggunaan ‘lembar kosong’ dibelakang format pengkajian menimbulkan penafsiran yang dapat berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. Kesepakatan yang menyebutkan bahwa lembar kosong memuat aspek yang belum ‘tersentuh’ dari format pengkajian yaitu : Pemeriksaan fisik dan Pengkajian Pola Kebutuhan Dasar Manusia; hanya akan menimbulkan masalah karena akhirnya kelengkapan isian format sangat tergantung pada kemampuan individu dalam melakukan pengkajian dan mengeksplorasi masalah yang terpendam. Berdasarkan pemikiran diatas, penting rasanya diberikan juknis pengkajian atau pengisian format pengkajian sehingga benar-benar mampu menjadi alat dalam sebuah proses keperawatan.
2. Penggunaan lembar Rekaman Asuhan Keperawatan hanya pada aspek prioritas akhirnya menimbulkan dilema. Karena diagnosa keperawatan bersifat dinamis; tentu saja dapat dengan cepat mengalami perubahan; termasuk perubahan prioritas diagnosa keperawatan. Bagaimana mendokumentasikannya ?
3. Dalam prakteknya, sering ditemui adanya tindakan yang bukan kompetensi perawat tetapi ‘terpaksa’ dilakukan. Bagaimana mendokumentasikannya? Bagaimana pula dengan tindakan yang tidak pernah terencana sebelumnya ?
Pertanyaan diatas tampaknya merupakan kendala yang belum dapat terpecahkan dengan baik. Selanjutnya masalah berlanjut pada penyelenggaan praktik dengan rotasi. Timbul pertanyaan baru yaitu siapa yang berhak untuk menentukan dan membuat rencana asuhan keperawatan, apakah perawat primer yang melakukan praktik pada pagi hari untuk membuat rencana selama 24 jam ataukah seluruh perawat primer tetap bertanggungjawab dan membuat rencana asuhan keperawatan?
Dari segenap masalah yang timbul dari sistem pendokumentasian; akhirnya diambil langkah sbb :
1. Format pengkajian menggunakan format rumah sakit dengan tetap menambahkan lembar kososng
2. Masalah prioritas dituliskan pada Rekaman Asuhan Keperawatan
3. Masalah non prioritas masuk dalam Rencana Asuhan Keperawatan
4. Perkembangan dituliskan dalam DMK 7; Yang dituliskan terutama Planning dan Implementation.
5. Masalah baru dituliskan pada Rekaman Asuhan Keperawatan
3.3 Sentralisasi Obat
Kegiatan yang dilakukan dalam sentralisasi obat adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
1) membuat format informed consent pada klien atau keluarganya
2) Membuat format daftar obat untuk pendokumnetasian, daftar untuk tempat obat dan permintaan atau mohon resep
3) Menyamakan persepsi antar petugas
4) Mensosialisasikan jadual pemberian obat pada hari Jumat, 7 September 2001 dengan rincian sebagai berikut :
a) Obat oral 2 x 1 : 08.00-20.00 WIB
3 x 1 : 08.00-14.00-20.00 WIB
b) Obat injeksi 2 x 1 : 08.00-20.00 WIB
3 x 1 : 08.00-14.00-20.00 WIB
4 x 1 : 08.00-14.00-20.00-02.00 WIB
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat dimulai tanggal 10 sampai dengan 13 September 2001. Pada awal kegiatan ini tanggal 10 September 2001 oleh dinas pagi dilakukan :
1) Mengumpulkan obat program ke kotak yang telah ditulis nama klien
2) Memasukkan jumlah dan jenis obat dibuku obat yang ditandatangi oleh klien atau keluarga dan penerima obat (perawat)
3) Mengontrol jenis dan dosisi pemberian obat, baik oral maupun injeksi pada status klien
4) Membagi obat sesuai dengan dosisnya
5) Melakukan timbang terima obat
6) Kalau perlu melakukan kolaborasi untuk kelanjutkan obat klien selanjutnya dengan menuliskan permohonan atau mohon resep atas nama klien siapa.
Untuk hari berikutnya kegiatan rutin ini (2,3,4,5,dan 6) dilakukan sebagimana mestinya. Pada hari terakhir tanggal 13 September 2001 jam 20.45 WIB selain kegiatan tersebut diatas juga dilakukan pegembalian obat melalui serah terima pada klien atau keluarganya dengan penjelasan dan tanda tangan terima obat kembali.
Dalam perjalanan kegiatan sentralisasi obat ada beberapa kendala yang ditemukan untuk dijadikan koreksi langkah selanjutnya, antara lain :
1) Risiko terjadinya kelalaian dalam pemberian obat pada klien yang sudah diperbolehkan pulang karena kurangnya informasi bagi pengelola.
2) Sosialisasi pengelola pada klien atau keluarganya dan profesi lain kurang sehingga timbul permasalahan.
3) Risiko obat pecah karena tempatnya masih jadi satu dan rentan untuk terjadinya kehilangan obat.
4) Kadang timbul ketidaktepatan waktu karena terbentur oleh kegiatan rutinitas ruangan.
5) Pemberian obat klien yang berbentuk kemasan jangan dibuka terlebih dahulu agar klien mengetahui jenis obatnya dan tidak cepat rusak atau obat tersebut terlindungi.
3.4 Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan sebagai bagian dalam peningkatan pemberian asuhan keperawatan perlu dilakukan secara terencana atau bila diperlukan terutama pada klien :
a. Penyakit kronis atau lama
b. Penyakit dengan komplikasinya
c. Penyakit akut
Dalam upaya tersebut kelompok berusaha seoptimal mungkin dalam pelaksanaan ronde keperawatan yang meliputi kegiatan :
a. Persiapan :
1) Dalam persiapan ronde keperawatan ini kepala ruangan yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan, perawat primer yang menyiapkan dalam pengelolaan kasus dan pengkajian yang telah divalidasi sampai intervensinya dan perawat primer dalam proses prosedural tindakan.
2) Menentukan nama klien dan jenis penyakitnya serta permasalahan yang berhubungan dengan keperawatan
3) Menelusuri literatur atau referensi untuk memperjelas keterkaitan atau hubungan antara teori dan kenyataannya.
4) Mendiskusikannya dalam kelompok untuk menyusun kegiatan ronde keperawatan ini secara sistematis sesuai dengan maksud dan tujuannya.
5) Melibatkan pembimbing terutama pembimbing ruangan dalam proses persiapan ronde keperawatan ini.
6) Kepala ruangan memberi tahu kepada pembimbing akademik atau pembimbing lainnya untuk bersama-sama membahas bagiamana ronde keperawatan itu.
b. Pelaksanaan
Ronde keperawatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 6 September 2001 dengan rincian kegiatan :
1) Mempresentasikan hasil kajian pada klien Tn D. yang disampaikan oleh perawat primer yang dihadiri oleh pembimbing di Nurse Station.
2) Melalui beberapa hal yang perlu didiskusikan dan klarifikasi untuk keakuratan dalam pengkajian dan pendokumentasian.
3) Selanjutnya kelompok bersama pembimbing melakukan validasi terhadap masalah-masalah keperawatan yang ditemukan.
c. Hal yang positif dari ronde keperawatan yang dapat diambil manfaatnya :
1) Adanya pemahaman yang benar bagaimana ronde keperawatan dan prosesnya.
2) Berlangsungnya proses pembelajaran klinik yang efektif dalam menemui dan menangani suatu kasus.
3) Dapat mengetahui sesuatu yang baru atau memcahkan masalah-masalah yang ditemui mulai dari pengkajian dan perencanaan.
4) Meningkatkan kinerja perqwat sesuai dengan perannya
5) Mendorong perawat untuk melakukan kerja sama yang baik sesama profesi dan disiplin ilmu lainnya sebagai tim kesehatan.
d. Masalah-masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan ronde keperawatan antara lain :
1) Persepsi yang berbeda tentang apa dan bagaimana ronde keperawatan.
2) Penentuan prioritas masalah yang masih perlu diklarifikasi melalui teman sejawat atau rujukan referensi.
3) Kurangnya skill dalam mendapatkan fokus data penunjang untuk memvalidasi data dan masalah keperawatan.
4) Kurangnya arahan pembimbing mengenai proses ronde keperawatan
5) Sudut pandang yang berbeda antara perwat yang satu dengan lainnya dalam mengenal, menganalisa dan menginterpretasi data.
3.5 Evaluasi
Evaluasi dibahas dalam bab berikutnya (bab 4)
4. EVALUASI
4.1 Evaluasi Proses
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun; maka kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain :
- Pembuatan kelompok
- Analisa Situasi
- Penyusunan Program kerja : Penerapan MPKP dan Sentralisasi Obat
- Pembuatan Jadwal dan Rancangan Pembagian Peran dalam Penerapan MPKP
- Penyiapan lembar dokumentasi keperawatan
- Sosialisasi Penyelenggaraan MPKP
- Uji Coba penerapan MPKP
- ? penerapan MPKP : Aplikasi Peran, Pendelegasian Tugas dan proses dokumentasi keperawatan
- Penyelenggaraan Ronde Keperawatan
- Persiapan Sentralisasi Obat
- Persiapan Penyelenggaran rotasi dinas 24 Jam
- Penerapan MPKP : Aplikasi Peran, Pendelegasian Tugas dan Proses dokumentasi Keperawatan
- Penerapan Sentralisasi Obat
- Evaluasi Penerapan MPKP
- Persiapan Seminar
- Penyusunan Laporan
Dari setiap bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan, maka secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses penyelenggaraan MPKP yang diterapkan dengan menggunakan metode primer memungkinkan untuk diterapkan apabila telah didukung oleh adanya :
a. Kemampuan dan pengalaman staff sebagai manajer klien sekaligus advokat
b. Kemampuan berkomunikasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan
c. Kemampuan mengambil keputusan dan
d. Komitmen yang besar dari segenap unsur
Perlu disadari; bahwa ternyata dari hasil penerapan MPKP; dalam evaluasi pribadi kelompok, dirasakan adanya ketidakadekuatan peran yang mampu diemban untuk menjadi seorang perawat primer maupun perawat asosiet. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh :
a. Kurangnya rasa percaya diri untuk mengemban amanat dan tanggungjawab
b. Kekurangmampuan menguasai situasi ruang rawat;
c. Kekurangmampuan melakukan kolaborasi tim dan menjadi manajer bagi klien
d. Kekurangmampuan menjalankan prosedur teknis tertentu
Kami menyadari; barier yang timbul selama proses kegiatan salah satunya dipengaruhi oleh “ketidakbiasaan” sehingga kami meyakini bahwa sesungguhnya penerapan MPKP Primer terhadap ruang rawat dapat dilaksanakan dengan optimal. Barier bagi mahasiswa adalah “kurangnya penguasaan dengan lingkungan klinik” (lack of environment mastery) sementara barier bagi penyelenggara perawatan di lingkungan klinik. Satu modal utama bagi perawat klinik untuk menerapkan MPKP adalah penguasaan terhadap lingkungan (dan hal ini belum dimiliki oleh mahasiswa).
2. Proses penyelenggaraan Dokumentasi keperawatan merupakan salah satu bentuk tanggung gugat yang sangat penting artinya bagi perawat; namun dengan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan adanya komitmen terhadap suatu bentuk perubahan, tanggungjawab dan disertai dengan reward yang memuaskan; ,mungkin dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan dokumentasi keperawatan.
4.2 Evaluasi Hasil
Evaluasi keberhasilan program penyelenggaraan MPKP ditinjau secara obyektif melalui penerima pelayanan keperawatan. Dalam hal ini penilaian diserahkan kepada klien yang telah mendapatkan perawatan di ruang Bedag G RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penilaian dilakukan dalam dua variabel yaitu variabel mutu asuhan keperawatan yang diberikan dan variabel kepuasan klien sebagai penerima asuhan keperawatan. Teknik yang dikembangkan adalah sampel dari seluruh populasi yaitu sembilan dari tiga belas orang yang mendapatkan pelayanan keperawatan di ruang bedah G II selama tanggal 26 Agustus 2001-14 September 2001.
Alat pengumpulan data adalah kuesioner yang meninjau dua sisi yaitu tingkat asuhan keperawatan dan kepuasan klien serta tingkat pelayanan sentralisasi obat dan tingkat kepuasan terhadap sentralisasi obat.
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan nilai kemaknaan p< 0,05.
Secara deskriptif; jawaban responden atas pertanyaan adalah sebagai berikut :
PERTANYAAN | Tidak | Jarang | Selalu |
Perawat memperkenalkan diri kepada anda | 22,22 % | 55,56 % | 22,22 % |
Dalam melayani pasien, perawat ramah & Sopan | 11,11 % | 55,56 % | 33,33 % |
Perawat menjelaskan tata tertib/peraturan saat pertama kali masuk rumah sakit | 22,22 % | 22,22 % | 33,33 % |
Perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di rumah sakit kepada pasien baru | 22,22 % | 44,44 % | 33,33 % |
Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting untuk kelancaran perawatan (kamar mandi, ruang perawat) | - | ||
Perawat menjelasakan tujuan perawatan | |||
Ada perawat / kepala ruang yang menunjukkan kepada pasien tentang perawat yang bertanggungjawab kepada pasien | |||
Perawat memperhatikan keluhan pasien | |||
Perawta menanggapi keluhan pasien | |||
Perawat memberi keterangan terhadap masdalah yang dihadapi pasien | |||
Perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan | |||
Perawat meminta persetujuan pasien/keluarga sebelum melakukan tindakan | |||
Perawat menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan sebelum melakukan tindakan | |||
Perawat menjelaskan resiko/bahaya suatu tindakan pada pasien sebelum melakukan tindakan tertentu | |||
Perawat memberi keterangan yang jelas dan lengkap | |||
Perawat selalu memantau kondisi pasien secara rutin | |||
Perawat selalu menjaga kebersihan rumah sakit | |||
TOTAL |
1 komentar:
nah ini keren
thaK's gan informasinya
Posting Komentar