Senin, 07 Maret 2011

Model Praktek keperawatan Profesional dengan metode pemberian asuhan keperawatan modifikasi primer


BAB I
PENDAHULUAN



1.     Latar Belakang
Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan Keperawatan di masa depan. Hal ini bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan keperawatan pada saat ini melibatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari para praktisi, klien, keluarga dan dokter. Saat mendefinisikan kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan nilai-nilai dasar keyakinan para perawat serta cara mengorganisasikan asuhan keperawatan tersebut. Latar belakang dalam pemberian tugas dalam mutu asuhan yang berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawatan yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode keperawatan hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya interpersonal dan kontekstual yang berkaitan dengan mutu asuhan.
Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia adalah Model Praktek keperawatan Profesional dengan metode pemberian asuhan keperawatan Modifikasi Primer yang merupakan modifikasi Primary Nursing.
Salah satu kritik yang dikemukanan mengenai model keperawatan ini adalah terlalu komplek dan teoritisnya, akan tetapi bila seluruh pembicaraan mengenai model ini mendorong perawat untuk memperjelas keyakinan dan pekerjaannya, meningkatkan kemempuannya dalam mendiskusikan masalah tersebut yang melibatkan sikap politis dan pribadi yang lebih terbuka, dan membantu para perawat tersebut untuk lebih bertangguang gugat secara profesional terhadap tindakannya, maka kita telah mendapatkannya. ( Salvage, 1985 )
Berdasar atas fenomena diatas, maka kami mencoba menerapkan Model Praktek keperawatan Profesional dengan metode pemberian asuhan keperawatan modifikasi primer, dimana pelaksanaanya melibatkan semua pasien kelas I dan II Ruang  Kardiologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya  denga perawat yang bertugas di ruang kelas tersebut.

2.     Tujuan
a.       Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan dapat mengerti prinsip-prinsip manajemen keperawatan dan model pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan ruangan tersebut.
b.       Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu :
1.      Menganalisa lingkungan suatu ruang perawatan.
2.      Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan disuatu ruangan perawatan.
3.      Memilih salah satu metode penugasan yang sesuai dengan keadaan ruangan.
4.      Malakasanakan asuhan keperawatan dengan salah satu model yang telah ditetapkan.
5.      Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan salah satu model penugasan asuhan keperawatan.
6.      Mengevaluasi pelaksanaan suatu metode penugasa asuhan keperawatan.
7.      Melakukan ronde keperawatan.
8.      Melakukan supervisi keperawatan
9.      Melakukan penerapan sentralisasi obat
10.  Melakukan timbang terima suatu ruangan



3.     Manfaat
a)     Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b)     Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c)      Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
d)     Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
e)     Tumbuh dan terbinaya akontabilitas dan disiplin diri perawat.



BAB 2
KEGIATAN PRAKTEK KLINIK
MANJEMEN KEPERAWATAN

Dalam bab ini akan disajikan tahap-tahap proses manajemen keperawatan yang meliputi : pengkajian ( pengumpulan data ), analisa masalah, perencanaan (pengorganisasian, pengaturan rencana kegiatan), pelaksanaan ( penyelenggaraan asuhan keperawatan)ronde keperawatan, dokumentasi keperawatan, sentralisasi obat, timbang terima, supervisi keperawatan, evaluasi ( teknik evaluasi, pembuatan evaluasi, mendokumntasikan hasil kegiatan secara umum )

2.1 PENGKAJIAN
Dari hasil pengkajian yang telah kami lakukan di ruang Bedah Mata, kami dapatkan :
1.       Sumber Daya Manusia ( SDM )
- D III Keperawatan        : 6 orang
- SPK                                 : 2 orang
- SPR                                 : 1 orang
- TPP                                 : 11 orang
- TU                                   : 1 orang
- PRT                                 : 1 orang
- Protese                           : 1 orang
Nb : Tugas belajar D3 khusus 1 orang.

2.       Sarana, Prasarana dan Dokumentasi.
Tersedia : Peralatan rawat luka, Ruang perawat, tempat obat, ruang pertemuan, peralatan emergency.
Kapasitas tempat tidur : 35 bed, dengan rincian : Kelas 1 dan 2 : 18 bed, zall/ruangan : 22 bed.
Dokumentasi : buku harian perawat, buku injeksi, buku observasi tanda-tanda vital, buku laporan kpala ruang.

3.       Jumlah pasien
Jumlah pasien bulan Februari – Maret awal :
Kelas 1      : 14 orang
Kelas 2      : 17 orang
Kelas 3      : 49 orang   
Jumlah :     80 orang

Jumlah pasien tanggal 4 Maret 2002 :
Kelas 1      : 2 orang
Kelas 2      : 4 orang
Kelas 3      : 16 orang
Jumlah      : 22 orang ( BOR : 62,9%).
Kebutuhan rata-rata perawat perhari :
Pagi : 3 orang;   Sore : 2 orang;    Malam : 1 orang

4.       Struktur dan Fungsi
Struktur organisasi : ada.
Pelaksanaan MPKP : dilaksanakan, belum optimal, hanya pada pagi hari, dimana Perawat Primer 1 orang, Perawat Associate : 1 orang.
Dokumentasi Keperawatan : tersedia, tidak operasional.

5.      Metode
a)     MPKP  I dengan metode asuhan keperawatan modifikasi prime mulai digunakan di tuang perawatan mata, namun belum sesuai dengan standar karena PP dan PA dalam pelaksanaanya belum sesuai, karena keterbatasan tenaga.
b)     Sentralisasi obat, telah berjalan sebagian, pada ruang perawatan kelas I dan II, dikarenakan keterbatasan tenaga.
c)      Supervisi Keperawatan belum jelas dan tersurat, walaupun kepala ruang telah sering melakukan.
d)     Timbang terima pasien, dilakukan, tetapi belum sesuai standar.
e)     Ronde Keperawatan dilakukan hanya oleh mahasiswa S1 Keperawatan.

Dari hasil pengkajian diatas, maka kami mengadakan suatu analisa SWOT, guna merencanakan program.

2.2 ANALISA SWOT
Model Praktek Keperawatan Profesional
STRENGTH
WEAKNESS
OPPORTUNITY
THREATENED
·      Memiliki Visi dan Misi
·      SDM : D3 Keperawatan 6 orang
·      Tempat PBK D III  dan S1 Kperawatan.
·      Punya protap khusus perawatan mata.
·      Punya peralatan khusus untuk kasus mata dan trampil menggunakannya
·      Terdapat kasus mata yang beragam
·      Punya ruang pertemuan untuk perawat.
·    Kualitas dan kuantitas SDM kurang memadai.
·    MPKP dilaksanakan belum sepenuhnya.
·    Tidak tersedia format khusus untuk pendokumentasian.
·    Tugas dan tanggung jawab Perawat Primer,  Perawat Associate, dan Kepala Ruang kurang jelas dalam menjalankannya.
·    Perawat masih dibebani administrasi ruangan.
·    Program D III khusus, S1 Keperawatan.
·    Sosialisasi, belajar bersama.
·    Pelatihan, seminar khusus.
* Kemampuan saing  dengan RS lain RS khusus mata yang mempunyai ruang perawatan mata yang lebih standar.

Sentralisasi Obat
STRENGTH
WEAKNESS
OPPORTUNITY
THREATENED
·   Terapi dapat diberikan dengan 5 benar
·   Penerapan Prinsip guna menghindari bahaya pada pasien.
·   Perawat berperan pada konseling.
·   Mengurangi kesalahan pembagian dan mengatasi kehilangan obat.
·    Tidak semua pasien bersedia obatnya disentralisasi.
·    Adanya tugas tanbahan bagi perawat.
·    Memerlukan pendekatan khusus kepada pasien sebelum dilakukan sentralisasi.
·     Sebagai tanggung gugat dan tanggung jawab pada pelaksanaan kolaborasi dengan medis.
·     Peranan perawat dalam komunikasi terapeutik secara maksimal dan aman sehubungan dengan pengobatan.
·       Kurang berjalannya sentralisasi obat.

I.          Supervisi

STRENGTH
WEAKNESS
OPPORTUNITY
THREATENED
·   Kepala Ruang sebagai pelaksana supervisor.
·   Ruang Rawat dihuni oleh pasien dengan karakteristik tertentu, yaitu mata.
·    Fungsi supervisor belum diuraikan secara jelas melalui petunjuk peraturan / kebijakan.
·    Belum ada laporan supervisor.
·      Memantapkan kemampuan / kemandirian perawat.
·       Perawat merasa tertekan.

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
STRENGTH
WEAKNESS
OPPORTUNITY
THREATENED
·   Ada format pengkajian.
·   Sumber Daya Manusia D III Keperawatan : 6 orang
·   Terdapat pedoman Asuhan Keperawatan Mata.
·   Ada potensi untuk berubah.
·   Kepala Ruang mendukung.
·    Format pengkajian kurang spesifik.
·    Format rekaman asuhan keperawatan tidak operasional.
·     Terdapat Mahasiswa S1 Keperawatan yang praktek managemen.
·     Pelatihan pendokumentasian.
·     Perawat terlibat dalam setiap perubahan.
·       Kebijakan RS yang belum tentu menyetujui adanya perubahan pada format dokumentasi yang diajukan.

II.       Timbang Terima

STRENGTH
WEAKNESS
OPPORTUNITY
THREATENED
·   Timbang terima sudah menjadi agenda tetap dan terjadwal.
·   Perawat terlibat aktif.
·   Adanya potensi untuk berubah.
·    Isi materi pelaporan masih kurang terarah pada masalah keperawatan.

·     Adanya waktu untuk timbang terima.

·       Kurang adanya kesadaran perawat dalam melaksanakan timbang terima.


2.3. Permasalahan
Dari hasil analisa SWOT tersebut diatas, ditarik kesimpulan bahwa terdapat  beberapa masalah yang menyangkut pelaksanaan Praktek Keperawatan Profesional. Hal ini dikarenakan :
1.      Jumlah ketenagaan secara kualitas dan kuantitas yang belum memadai.
- D III Keperawatan        : 6 orang
- SPK                                 : 2 orang
- SPR                                 : 1 orang
- TPP                                 : 11 orang
- TU                                   : 1 orang
- PRT                                 : 1 orang
- Protese                           : 1 orang
Nb : Tugas belajar D3 khusus 1 orang.

2.      Timbang terima belum bisa berjalan sesuai dengan standar
  • Hal-hal yang disampaikan dalam timbang terima belum mencakup seluruh komponen, diantaranya belum atau masih jarang disebutkan masalah keperawatan yang timbul.
  • Catatan yang ada pada buku timbang terima masih bersifat rencana medik saja.

3.      Sentralisasi obat belum berjalan, meskipun sarananya sudah ada. Hal ini disebabkan karena :
·          Penolakan dari beberapa pasien karena rasa tidak percaya dan tidak lazim dilakukan.
·          Tenaga perawat yang kurang.

4.      Sistem pendokumentasian yang belum operasional dan spesifik.
  • Format pengkajian belum terfokus sesuai bidang perawatan penyakit mata.
  • Format penulisan rencana dan implementasi keperawatan belum operasional.

5.      Evaluasi dan pengarahan yang belum dilakukan sebagai umpan balik dari pelaksanaan Praktek Keperawatan Profesional.

2.4 Perencanaan
2.4.1 Pengorganisasian
Sebelum memulai praktek, kelompok membuat tim kerja yang berfungsi untuk menentukan kebijakan-kebijakan internal seputar penyelenggaraan kegiatan. Adapun tim kerja yang terbentuk  adalah sebagai berikut :
§  Ketua                    : Agung Purwanto
§  Wakil                    : Elys Elisabeth
§  Sekretaris             : Ade Sitinjak
§  Bendahara           : Ana Fadillah
§  Anggota                : Anis Yuliastutik, Nur Endartini, Dwi Estuning.

2.4.2 Perencanaan
1.      Mendiskusikan bentuk dan penetapan Model Praktek Keperawatan Profesional yang akan dilaksankan
2.      Mendiskusikan tentang format pengkajian yang sesuai dengan kasus ruangan
3.      Mengatur kebutuhan tenaga keperawatan.
4.      Mengatur tugas dan wewenang perawat.
5.      Melaksanakan sentralisasi obat
6.      Melaksanakan timbang terima sesuai standard.
7.      Melaksanakan ronde Keperawatan.
8.      Melaksanakan supervisi Keperawatan.

2.4.3 Pengaturan Rencana Kerja.
Rencana kerja yang disusun oleh kelompok merupakan kelanjutan dari kelompok sebelumnya yang juga telah melaksanakan beberapa program yang sama dengan kelompok VI, antara lain : sentralisasi obat, ronde keperawatan, dan sistem timbang terima.
Selai meneruskan kegiatan yang telah dirintis oleh kelompok sebelumnya, kelompok VI juga membuat program baru untuk disosialisasikan dalam praktek manajemen keperawatan, yaitu Supervisi Keperawatan dan penggunaan format pengkajian khusus mata dengan sistem pencatatan yang lebih sistematis dan operasional.
Semua kegiatan tersebut diatas, direncanakan untuk dilaksanakan dalam waktu 4 minggu :

Minggu I :
§  Pembuatan struktur organisasi kelompok.
§  Orientasi ruangan dan perkenalan
§  Analisa situasi dan perumusan masalah
§  Penyusunan program kerja
§  Membuat format pengkajian khusus mata dan pendokumentasian asuhan keperawatan.
§  Membuat format supervisi
§  Desiminasi hasil
§  Pembuatan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan Model praktek Keperawatan Profesional.
§  Uji coba peran, sentralisasi obat, timbang terima

Minggu II
§  Penerapan MPKP, aplikasi peran, pendelegasian tugas
§  Penyempurnaan format pengkajian dan dokumentasi keperawatan.
§  Penyelenggaraan supervisi keperawatan
§  Penyelenggaraan ronde keperawatan.
§  Pelaksanaan sistem timbang terima, sentralisasi obat
§  Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas.24 jam

Minggu III
§  Penerapan MPKP, aplikasi peran, pendelegasian tugas, penerapan semua program.
§  Penyelenggaraan rotasi dinas 24 jam.
Minggu IV
§  Evaluasi penerapan MPKP
§  Evaluasi formatif mahasiswa
§  Penyususnan laporan
§  Pelaksanaan seminar
§  Revisi.

2.5 Pelaksanaan
2.5.1 Penyelenggaraan Asuhan Keperawatan.
Data jumlah pasien dan tingkat ketergantungan di R. Mata kelas I dan II

Hari
Klasifikasi Pasien
Jumlah
Kebutuhan Tenaga Perawat
Pagi
Sore
Malam
M
P
T
M
P
T
M
P
T
Pagi
Sore
Malam
1
7
1
-
7
1
-
7
1
-
8
1.46
1.13
0.77
2
8
-
-
7
-
1
7
1
-
8
1.36
1.28
0.77
3
8
1
-
9
-
-
9
-
-
9
1.63
1.26
0.9
4
7
2
1
1
4
1
5
-
1
6
2.09
1.04
0.5
5
5
1
-
5
1
-
5
1
-
6
1.12
0.85
0.57
6
6
-
-
6
-
-
6
-
-
6
1.02
0.84
0.6
7
6
-
-
6
-
-
6
-
-
6
1.02
0.84
0.6
8
11
2
-
8
2
-
8
2
-
10
2.41
1.42
.0.94
9
6
3
1
4
3
1
5
2
1
8
2.19
1.31
0.84
10
6
3
-
6
2
1
6
3
-
9
1.83
0.6196
0.81
11
7
3
-
4
2
1
4
2
1
7
2
1.16
0.74
12
5
2
--
5
1
1
5
1
1
7
1.39
1.15
0.77
13
4
2
-
4
2
-
4
2
-
6
1.22
0.86
0.54
14
4
2
-
4
2
1
4
2
1
7
1.22
1.16
0.74

Berdasarkan analisa terhadap lokasi, sarana, prasaran dan sumber daya yang ada, maka kelompok menyepakati untuk menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional I dengan metode penugasan modifikasi Primer.
Adapun tahapan-tahapan dari pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1.      Persiapan
Pada tahap ini, seluruh anggota kelompok mengadakan analisa situasi, orientasi, dan perencanaan selama 2 hari. Pada hari ketiga, kelompok mengadakan desiminasi hasil pengkajian atau analisa situasi selama 2 hari sebelumnya.

2.      Uji coba
Uji coba dilakukan sebagai salah satu saran dalam memerankan peran sebelum mempraktekkan secara nyata dengan ruangan. Adapun yang diujicobakan antra lain : model pemberian asuhan keperawatan modifikasi primer dengan masing-masing anggota kelompok memegang peranan sebagai perawat primer, perawat pelaksana dan kepala ruang, timbang terima, sentralisasi obat, dan dokumentasi keperawatan.

3.      Pelaksanaan
Pada minggu II, kelompok sudah secara penuh melaksanakan MPKP dengan model asuhan Modifikasi Primer, dengan peran masing-masing secara bergantian. Masing-masing mahasiswa mendapat peran yang tetap selama 2 hari berturut-turut dan semua mahasiswa masih dijadwalkan masuk pagi
Pelaksanaan pada tahap inisudah mulai lancar, dimana masing-masing mahasiswa sudah mulai menyadari akan peran yng disandangnya.

4.      Pelaksanaan Shift
Tahapan ini dilaksanakan pada minggu III, dimana mahasiswa dibagi menjadi 3 shift dinas, yaitu, pagi, sore dan malam. Masing-masing mahasiswa memainkan peran sesuai dengan jadwal. Memainkan peran yang ditampilkan disesuaikan dengan perannya pada hari itu.


 
2.6 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan yang digunakan oleh kelompok VI adalah : format pengkajian umum, pengkajian khusus mata yang dirancang bersama dengan pembimbing ruangan dan penulisan atau pencatatan asuhan keperawatan cara POR ( Problem Oriented Record ) atau pendokumentasian yang berfokus pada masalah klien.

2.7 Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat merupakansalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan, karena dengan sentalisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi ( pengobatan ) secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian sehingga akan memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat dilaksanakan pada ruang kelas IRNA Brdah Mata dengan jumlah tempat tidur 16 buah.
1.      Persiapan
a)     Prasarana yang disiapkan untuk penyimpanan obat disiapkan, baik itu lemari obat, tempat obat, surat persetujuan dan lembar obat
b)     Mngadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan maksud dan tujuan dari sentralisasi obat serta meminta persetujuan dari keluarga pasien melalui informed concent.
2.      Pelaksanaan
a)     Sentralisasi obat dilaksanakan di ruang Bedah Mata kelas I dan II mulai minggu I hari ke 4 sampai dengan minggu IV
b)     Mahasiswa meminta persetujuan pada pasien dan keluarga dengan menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari pelaksanaan sentralisasi obat.
c)      Mahasiswa yang menerima obat langsung mendokumentasikan pad lembar daftar obat baik jumlah, dosis, cara dan waktu pemberian.
Pada akhir dinas mahasiswa mengadakan serah terima obat dengan mahasiswa dan perawat ruangan dinas shift berikutnya.

 
3.   Evaluasi
Sentralisasi obat dapat dilaksanakan pada semua pasien yang dirawat di ruang kelas I dan II. Kendala yang dihadapi adalah pendokumentasian pada lembar obat kurang berjalan dengan baik karena kadang-ladang perawat yang memberikan obat tidak menuliskan identitas pad lembar obat.

2.9 Prosedur pelaksanaan Sistem Timbang Terima
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
1.      Persiapan
a)     Kedua kelompok dinas sudah siap.
b)     Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2.      Pelaksanaan
a)     Timbang terima dilaksanakan mulai minggu I hari ke 4 sampai minggu IV
b)     Di Nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara penuh menhenai masalah keperawatan pasien serta segenap tindakan yang telah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan   ( tanya jawab ).
c)      Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
d)     Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
§  Identitas klien dan diagnosa medis
§  Masalah keperawatan yang masih muncul.
§  Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum)
§  Intervensi kolaboratif.
§  Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau untuk prosedur yang tidak rutin dilaksanakan.
§  Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaorkan.
e)     Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
f)       Sedapat dapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
g)     Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
h)     Timbang terima dilaksanakan oleh mahasiswa langsung dengan perawat ruangan yang dinas shift berikutnya, meskipun mahasiswa dinas pagi semua.
i)       Pelaporan untuk timbang terima dituliskan langsung pada buku laporan ruangan oleh mahasiswa yang berperan sebagai PP.
Alur timbang terima adalah sebagai berikut ; 



2.10 Ronde Keperawatan
Salah satu upaya peningkatan mutu dalam pembeian asuhan keperawatan adalah dengan cara menyelenggarakan ronde keperawatan. Adapun tujuan dari ronde keperawatan adalah mencari solusi atau pemecahan masalah yang dihadapi psisen. Sedangkan kriteria pasien yang akan dilakukan ronde , adalah:
1.      Pasien dengan penyakit kronis.
2.      Pasien dengan komplikasi.
3.      Pasien dengan penyakit akut.
Pelaksanaan dari ronde keperawatan menliputi kegiatan :
1.      Persiapan
§  Berdasarkan pengkajian data yang telah dilakukan terhdp seluruh pasien, maka kelompok mengadakan analisa data berdasakan peran masing-masing.
§  Menentukan nama pasien dan jenis penyakit serta masalah keperawatan yang dialami pesien.
§  Mencari literatur atau referensi untuk memperjelas kasus yang akan diambil.
§  Mendiskusikan hasil proposal dengan pembimbing klinik dan kepala ruangan IRNA Bedah Mata.
2.      Pelaksanaan
Ronde Keperawatan dilakanakan pada tanggal 14 Maret 2002, jam 10.00 WIB dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
a)     Ronde keperawatan dihadiri oleh pembimbing, perawat konsultan, PP dan PA.
b)     Perawat primer melakukan presentasi di ruang perawatan pasien mengenai pngkajian yang didapatkan pada paien, menentukan masalah keperawatan yang masih ada pada pasien, menjelaskan implementasi yang telah dilaksanakan.
c)      Mendemonstrasikan cara pemberian obat tetes mata yang efektif bagi kesembuhan mata.
d)     Membuka acara diskusi, dimana kegiatan ini dilaksanakan diruang perawatan pasien.
e)     Selanjutnya kelompok bersama pembimbing dan konsultan melakukan validasi terhadap masalah-masalah yang ditemukan di nurse station.

Alur pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai berikut.



2.11 Supervisi Keperawatan
Supervisi Keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka pencapaian tujuan..
Dalam pelaksanaan supervisi keperawatan, kelompok melalui 3 tahap, yaitu :
1.      Persiapan
Pada tahap persiapan, kelompok melakukan :
a)     Penetapan hari dilakukan supervisi keperawatan.
b)     Menetapkan siapa yang menjadi kepala ruang yang akan mensupervisi dan PP yang akan disupervisi.
c)      Menetapkan hal-hal apa saja yang akan disupervisi.
d)     Membuat proposal supervisi keperawatan dan membuat format supervisi harian
2.      Pelaksanaan
a)     Supervisi dimulai dengan pembukaan oleh kepala ruang dan penyampaian tujuan dan manfaat supervisi.
b)     Kepala ruang memanggil PP dan menyampaikan hal apa yang akan disupervisi saat itu.
c)      Kepala ruang meminta keterangan dan informasi seputar sistem pendokumentasian yang dibuat PP.
d)     Memberikan masukan bila didapati kekurangan dalam sistem pendokumentasian dan memuji bila didapati hal-hal yang baik dan khusus yang memberikan nilai lebih kepada PP
3.      Evaluasi
a)     Mencatat / menuliskan semua masukan dan hasil supervisi kedalam laporan supevisi.
b)     Melakukan evaluasi ulang setelah supervisi setelah waktu yang ditetapkan.


BAB 3
EVALUASI

3.1 Evaluasi proses
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, maka kegiatan yang dapat direalisasikan adalah sebagai berikut :
1.      Pembuatan kelompok kerja
2.      Analisa situasi.
3.      Penyususnan program kerja
4.      Desiminasi hasil analisa situasi
5.      Pembuatan program kerja dan rancangan pembagian peran dalam pembuatn MPKP
6.      Uji coba peran Model Pemberian Asuhan Keperawatan Modifikasi Primer.
7.      Penerapan ( aplikasi peran, pendelegasian tugas, dokumentai keperawatan )
8.      Penyelenggaraan sentralisasi obat
9.      Penyelenggaraan timbang terima
10.  Pendokumentasian khusus pengkajian mata dan format yang lebih operasional.
11.  Pelaksanaan supervisi keperawatan
12.  Pelaksanaan Ronde Keperawatan.
13.  Persiapan penyelenggaraan rotasi 24 jam
14.  Evaluasi penerapan Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Modifikasi Primer.
15.  Persiapan seminar
16.  Revisi dan penyususnan laporan.
Dari semua kegiatan yang telah dilakukan, maka secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Poses pelaksanaan MPKP dengan metode pemberian asuhan keperawatan Modifikasi Primer di Ruang Bedah Mata Kelas I dan II memungkinkan untuk diterapkan apabila telah didukung oleh adanya :
a)     Kemampuan profesional dari pemberi asuhan keperawatan, dari mulai pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
b)     Kemampuan komunikasi interpersonal antar perawat, klien dan tim kesehatan lainnya.
c)      Mau dan mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat tugas keperawtan.
d)     Yang paling penting dari semuanya adalah adanya kesepakatan (komitmen) dari segenap unsur.

Hasil penerapan MPKP metode modifikasi Primer dapat terlaksana pada praktek manajemen keperawatan, dimungkinkan oleh beberapa aspek, antara lain :
a)     Adanya keseimbangan antara jumlah perawat dan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan.
b)     Adanya pengertian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing unsur dalam mengemban tugas yang diberikan ( pendelegasi )
c)      Kemauan dari perawat ruangan yang mau belajar dan ikut serta aktf dalam proses manajemen.

2.      Proses penyelenggaraan dokumentasi keperawatan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat yang sangat penting artinya bagi perawat. Beberapa kendala yang masih dihadapi adalah masih belum operasionalnya sistem pendokumentasian keperawatan dan belum adanya format khusus bagi pengkajian keperawatan mata. Dengan dibuatnya format khusus dan pengkajian mata yang spesifik, serta komitmen dari untuk mau merubah dan semakin terfokusnya tugas dan tanggung jawab masing-masing peran, serta dengan reward yang memuaskan, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas dokumentasi keperawatan.

3.2Evaluasi hasil
Evaluasi keberhasilan dari pemberian asuhan keperawatan dengan MPKP  metode asuhan keperawatan modifikasi primer, dilakukan langsung kepada penerima asuhan yaitu pasien.
a)     Penilaian langsung diserahkan kepada penerima asuhan keperawatan dengan menggunakan angket tingkat kepuasan. Dari 12 angket yang disebar selama praktek manajemen, terdapat 94% puas sekali, dan 3 persen tidak puas dikarenakan asuhan diberikan sudah hari rawat ke 5 dan sisanya menyatakan cukup puas dengan alasan bahwa ada angin baru dalam perawatan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya  khususnya ruang mata.

b)     Sentralisasi obat
Pada dasarnya sentralisasi obat sudah mulai berjalan, akan tetapi masih mengalami kendal, antara lain bila hari libur dari mahasiswa, pemberian obat dengan menggunakan lembar daftar obat yang harus ditanda-tangani oleh perawat belum berjalan, sehingga seakan-akan selama 2 hari klien tidak mendapatkan terapi. Selain itu obat-obatan injeksi masih sangat sulit dilakukan sentralisasi, dikarenakan sarana yang kurang dimana tidak dimungkinkan penyimpanan bersama dengan obat oral.

c)      Supervisi Keperawatan
Supervisi keperawatan dilaksanakan dengan baik walaupun baru pertama kali dilakukan oleh kelompok manajemen di Ruang Mata. Beberapa kekurangan yang dialami adalah adanya masalah dalam pemberian standar penilaian dalam supervisi dan kurangnya pengalaman dalam melakukan supervisi keperawatan serta belum adanya format baku dalam supervisi keperawatan.

d)     Timbang terima
Timbang terima sudah berjalan dengan baik. Hal ini dimungkinkan adanya kerjasama dari kepala ruang, staff ruang mata dan mahasiswa praktek manajemen keperawatan. Beberapa hal yang harus dibiasakan adalah menyampaikan masalah keperawatan yang walaupun terasa masih asing tetapi harus tetap disebutkan.

e)     Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2002 dengan hasil yang memuaskan. Beberapa masukan yang diberikan oleh pembimbing adalah mekanisme ronde keperawatan sebaiknya disertakan dalam proposal dan laporan.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More