Kamis, 18 Agustus 2011

MAKALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI RUANG FLAMBOYAN RS. M. YUNUS BENGKULU

clip_image002

DISUSUN OLEH :

Suharti Ningsih
Romy Biyayah
Elsa Wulantari
Susi Septiorini
Susanti
Wira Yunita Areska
Menti Junita Rahayu

 

JURUSAN D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2010/2011

 

 

 

 

BAB I

PENDAHALUAN

 

A.     Latar Belakang

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.

      http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.

 

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana seorang bidan mengetahui tentang pemenuhan cairan dan elektrolit dan cara mengatasinya.

 

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada jurusan D3 Kebidanan Semester II di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Tri Mandiri Sakti Bengkulu

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A)     Pengertian         

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

 

 

B)     Komposisi Cairan Tubuh

       Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.

Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali

C)     Proses Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan dasar elektrolit dan cairan bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa.

Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolism sebagai pelarut elektrolit dan elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida dan fosfat) sangat penting untuk menjaga kesetimbangan asam-basa, konduksi saraf, dan elektrolit dapat mempengaruhi system organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang, maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui per – oral atau intravena.

 

D)     Tujuan Prosedur Pemenuhan Cairan dan Elektrolit

1.      Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

2.      Infus pengobatan dan pemberian nutrisi

 

E)        Presentase Total Cairan dan Elektrolit

Presentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung pada beberapa hal antara lain :

a.Umur

b.Kondisi lemak tubuh

c.Sex

Perhatikan Uraian berikut ini :

1. Bayi (baru lahir) 75 %

2. Dewasa :

a.Pria (20-40 tahun) 60 %

b.Wanita (20-40 tahun) 50 %

3. Usia Lanjut 45-50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

F)        Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:

       Usia perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ, sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.

       Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.

       Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergeerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pe:menuhan kebutiuhan cairan.

       Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADH, karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.

       Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk

·      HC03 plasma pH Plasma paC02 Plasma Gangguan Asam-Basa, Seperti:

Meningkat dan menurunnya asidosis respiratorik,menurun menurun menurun asidodsis metabolik,menurun meningkat menurun alkalosis respiratorik,meningkat meningkat meningkat alkalosis metabolik.

memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakscimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan keebutuhan cairan

G)     Jenis - Jenis Cairan Infus

Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

 

Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

 

Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

 

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

 

Asering

Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:
Setiap1 liter asering mengandung:

·         Na 130 mEq

·         K 4 mEq

·         Cl 109 mEq

·         Ca 3 mEq

·         Asetat (garam) 28 mEq


Keunggulan:

·         Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati

·         Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus

·         Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran

·         Mempunyai efek vasodilator

·         Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral


KA-EN 1B
Indikasi:

·         Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

·         Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

·         Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:

·         Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan supan oral terbatas

·         Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

·         Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

·         Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B


KA-EN MG3
Indikasi :

·         Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

·         Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

·         Mensuplai kalium 20 mEq/L

·         Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L


KA-EN 4A
Indikasi :

·         Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

·         Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal

·         Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

 

Komposisi (per 1000 ml):

·         Na 30 mEq/L

·         K 0 mEq/L

·         Cl 20 mEq/L

·         Laktat 10 mEq/L

·         Glukosa 40 gr/L

 

KA-EN 4B
Indikasi:

·         Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

·         Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

·         Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

·         Na 30 mEq/L

·         K 8 mEq/L

·         Cl 28 mEq/L

·         Laktat 10 mEq/L

·         Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS
Indikasi:

·         Untuk resusitasi

·         Kehilangan Na > Cl, misal diare

·         Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

 

Otsu-RL
Indikasi:

·         Resusitasi

·         Suplai ion bikarbonat

·         Asidosis metabolik


MARTOS-10

Indikasi:

·         Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

·         Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein

·         Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

·         Mengandung 400 kcal/L


AMIPAREN

Indikasi:

·         Stres metabolik berat

·         Luka bakar

·         Infeksi berat

·         Kwasiokor

·         Pasca operasi

·         Total Parenteral Nutrition

·         Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

 

AMINOVEL-600
Indikasi:

·         Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

·         Penderita GI yang dipuasakan

·         Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

·         Stres metabolik sedang

·         Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

 

PAN-AMIN G
Indikasi:

·         Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

·         Nitrisi dini pasca operasi

·         Tifoid

 

H)     Tindakan untuk mengatasi masalah/gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit

Pemberian Cairan Melalui Per-Oral atau Intravena (infus)

Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.

      Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena cefalisa basilica dan medianan cubitti) atau vena yang ada di kepala seperti vena temporalis frontalis (kusus untuk anak-anak). Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan juga dapat dilaukan pada pasien yang shock, Intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfusi darah atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.

 

I)        Langkah/Prosedur

a.      Alat

§  Baki yang telah dialasi

§  Perlak dan pengalasnya

§  Pengalas (handuk kecil)

§  Bengkok

§  Tiang infus

§  Sarung tangan

§  Tourniquet

§  Kapas alcohol

§  Cairan infus sesuai dengan program akademik

§  Infus set

§  Abocat

§  Plaster

§  Kassa steril

§  Gunting plaster

§  Betadine

b.      Persiapan Pasien

§  Identifikasi pasien

§  Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

§  Menyiapkan lingkungan

§  Mengobeservasi reaksi pasien

§  Pasang penutup tirai

§  Atur posisi pasien senyaman mungkin

§  Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang infus

 

c.       Langkah –Langkah

§  Mencuci tangan

§  Pakai sarung tangan

§  Gantungkan flatboth pada tiang infus

§  Buka kemasan steril infus set

§  Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem yang ada pada saluran infus

§  Tusukkan pipa sauran infus kedalam botol cairan dan tabung tetesan diisi setengan dengan cara memencet tabung tetesan infus.

§  Buka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada slang infus lalu tutup kembali/klem.

§  Cari dn pilih vena yang akan dipasang infus

§  Letakkan tourniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk

§  Disinfeksi daerah pemasangan dengan kapas alcohol 70% secara sirkular.

§  Tusukkan jarum abocath ke vena dengan lubang jarum mengahadap keatas (bila berhasil darah akan keluar dan dapat dilihat pada pipa abocath)

§  Dorong prlan-pelan abocath masuk kedalam vena sambil menarik pelan-pelan jarum abocath sehingga senua plastic abocath masuk semua ke dalam vena.

§  Sambungkan segera abocath dengan selang infus

§  Lepaskan tourniquet dan longgarkan tourniquet untuk melihat kelancaran tetesan.

§  Bila tetesan sudah lancer, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plaster.

§  Atur tetsan sesuai kebutuhan

§  Tutup tempat tusukan dengan kassa steril dan kasih plester

§  Bereskan alat dan lepas sarung tangan

§  Cuci tangan

§  Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan.

 

Rumus Menghitung Tetes Infus

MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt

·         Tetes Infus Macro
tts/mnt = jmlh cairan X 20 / lama infus X 60

·         Lama Infus Macro
lama infus = (jmlh cairan X 20) / (tts/mnt X 60)

 

MICRO = 1 cc = 60 tts/mnt

·         Tetes Infus Micro
tts/mnt = (jmlh cairan X 60) / (lama Infus X 60)

·         Lama Infus Micro
lama infus = (jmlh cairan X 60) / (tts/mnt X 60)

 

J)       Asuhan Keperawatan Untuk Kekurangan Volume Cairan

Diagnosa keperawatan = kekurangan volume cairan yang  berhubungan dengan kehilangan aktif cairan gastrointestinal melalui muntah.

TUJUAN

HASIL YANG DIHARAPKAN

INTERVENSI

RASIONAL

Klien memiliki keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa dalam 48 jam

·   Tanda-tanda vital normal dalam 24 jam

·   Berat badan kembali stabil

·   Keluaran urine meningkat (70ml/jam).

·   Berat jenis urine menurun (1,030).

 

 

·   Klien memiliki turgor yang elastic.

·   Klien menyatakan bahwa ia tidak merasa haus atau lemah

·   Klien memiliki membran mukosa yang lembap

·   Kilien tidak muntah

 

·   Dorong dan ukur sejumlah kecil asupan cairan yang mengandung elektrolit.

 

 

 

 

 

·   Anjurkan klien untuk tidak minum air murni.

 

 

 

 

 

 

·   Beri antiematik parenteral per program dokter

 

 

 

·   Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan stimulasi yang dapat meangsang muntah(mis, minimalkan aroma tak sedap)

·   Perbanyak tirah baring

 

 

 

·   Ukur jumlah muntah.

 

 

·   Ukur jumlah keluaran cairan dan banyaknya dieresis.

 

·   Implementasikan program yang telah ditetapkan oleh dokter . untuk memberi cairan parenteral yang mengandung elektrolit jika klien muntah dalam  jangka waktu lama. Ukur caiaran asupan ini.

 

 

 

·   Menelan caiaran yang sedikit dapat mencegah rasa ingin muntahyang lebih lanjut. Cairan yang mengandung elektrolit mencegah kehilangn cairan lebih lanjut (home et al, 1991)

 

·   Menelan air murni menyebabkan peningkatan natrium didalam lambung karena tubuh berupaya untuk membuat air isotonic sehingga dapat terjadi absorpsi.

 

·   Jka muntah sebelum cairan IV diabsorpsi, maka kehilangan air dan elektrolit dapat  lebih banyak.

                                                                                                 

·   Hal ini mencegah terstimulasinya pusat muntah di otak

Gerakan cepat dan mendadak  menstimulasi muntah.

 

·   Hal ini memungkinkan cairan dan elektrolit yang hilang di gantikan dalam jumlah yang tepat

·   Cairan ini akan menggantikan cairan yang hilang akibat muntah dalam jumlah yang tepat.

 

 

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN INJEKSI INTRA VENA

DI RUANG FLAMBOYAN RS. M. YUNUS BENGKULU

 

 

                                                                         

DISUSUN OLEH :

                 NAMA              :  SUHARTI NINGSIH

                  NPM                :  1026030048

                 PRODI              :  DIII KEBIDANAN

 

 

 TINDAKAN KEPERAWATAN

INJEKSI INTRA VENA

 

Nama              :  Ny. A

Umur               :  57 tahun

Diagnose         :  Gangren

 

A)     PROSES KEPERAWATAN

DS :      -  Klien mengatakan perutnya mual dan sering sakit kepala

-       Nafsu makan berkurang

DO :     -  Pasien tampak lemah

-       Pasien kurang minum

-       Bibirnya kering

Input : 1000 ml/hari                Output  :  50 ml/hari

 

B)     DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

C)     TUJUAN KHUSUS

a.      Kebutuhan cairan terpenuhi

b.      Klien tidak merasa mual lagi

c.       Nafsu makan meningkat/kembali normal

 

D)     TINDAKAN KEPERAWATAN

Injeksi intra Vena

 

PROSEDUR KERJA

1.      Persiapan Alat

Ø  Baki berisi

-    Kapas alkohol

-    Kapas kering

-    Spuit 3 cc/5 cc

-    Obat

-    Handskun

-    Bengkok

 

2.      Langkah –Langkah

Ø  Cuci tangan

Ø  Inform Consent

Ø  Mengecek obat dan dosisnya

Ø  Memasukkan obat kedalam spuit

Ø  Gunakan handskun

Ø  Disinfeksi daerah yang akan ditusuk

Ø  Melakukan injeksi di karet selang infus

Ø  Klaim infus

Ø  Cuci tangan

Ø  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

 

 

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN PERAWATAN

A)     Orientasi

Salam terapetik

Asssalamu’alaikum bu, saya Suharti Mahasiswa TMS, kita masukin obat dulu ya, supaya ibu cepat sembuh. Agak sakit sedikit jadi mohon ditahan ya bu.

 

 

B)     Evaluasi Validasi

Bagaimana keadaan ibu sekarang? Bagaimana nafsu makannya dan masih mual dak??

Kontak

-          Topic         :  Pemberian obat melalui injeksi intra vena

-          Waktu        :  24.00/23-6-2011

-          Tempat      :  Ruang Flamboyan

 

C)     Kerja

ü  Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan

Klien mendengar dan mengikuti instruksi perawat

 

ü  Evaluasi Subjektif

Klien mengatakan setelah diberi obat dengan injeksi intra vena ia merasa agak baikan.

 

ü  Evaluasi Objektif

Kondisi pasien sedikit membaik

Tidak terjadi reaksi alergi setelah obat dimasukkan

 

ü  Tindak lanjut pasien

Pasien mengikuti instruksi yang telah diberikan oleh perawat

 

ü  Terminasi

Bu, obatnya sudah saya injeksikan, apabila ada keluhan, keluarga ibu bisa panggil saya diruang perawat. Permisi bu, semoga lekas sembuh.

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan

 

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

Daftar Pustaka

Alimul Hidayat, Azis. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition, Addison Wsley Nursing, California, 1995

Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition, Mosby, St. louis, Missouri, 1999.

Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More